PARBOABOA, Simalungun - Kondisi jalan yang rusak menyulitkan distribusi pupuk bersubsidi bagi petani di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara.
Seperti dikeluhkan SD, salah seorang petani milenial dari Kecamatan Dolok Silau, yang mengatakan jarak toko distributor pupuk subsidi dengan tempat tinggalnya cukup jauh dan tidak memadainya akses jalan utama.
"Karena jarak yang jauh dan akses jalan yang rusak membuat agen pupuk yang datang menjadi terlambat. Sementara keberadaan pupuk tersebut sudah sangat dibutuhkan di ladang kami. Beberapa kali kami terpaksa harus membeli pupuk non-subsidi yang harganya sangat jauh bisa sampai jutaan rupiah per sak nya," katanya kepada PARBOABOA saat dihubungi melalui panggilan aplikasi perpesanan, Senin (24/07/2023).
SD mengaku kendala tersebut juga membuat agen distributor pupuk bersubsidi meminta uang tambahan kepada petani yang membeli untuk biaya transportasi.
"Kadang agen ini mau meminta uang tambahan, katanya untuk transportasi karena alasan jauh dan jalan yang rusak mau ke sini. Ya, kami beberapa petani daripada membeli pupuk non-subsidi yang harganya mahal, lebih baik seperti itu," jelasnya.
SD berharap Pemerintah Kabupaten Simalungun memberikan perhatian dan dukungan kepada petani untuk menanam dengan mempermudah mereka mendapatkan pupuk bersubsidi.
"Saya harap pemerintah memperhatikan hal-hal kecil seperti ini, untuk menyokong kami para petani. Bentuk perhatian seperti itu bukan hanya berdampak kepada kami petani, namun juga berdampak ke hasil pertanian. Hasil pertanian yang baik, juga akan membuat nama pemerintah lebih baik," imbuhnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) di Distan Simalungun, Heppy N Saragih, melalui Kepala Seksi PSP, Zefri Zein, kebutuhan pupuk subsidi di Simalungun mencapai 37,4 ribu ton yang terdiri dari urea, NPK, dan NPK Formula Khusus.
"Untuk pupuk Urea 21.975.972 kilogram, NPK 15.315.809 kilogram dan NPK Formula 161.166 kilogram," tutur Zefri.
Zefri menambahkan dari total pupuk subsidi yang akan dibagikan ke petani Simalungun, realisasinya baru mencapai 30 persen. Ia beralasan, masih banyak petani yang datanya belum terintegrasi dengan Sistem Informasi Penyuluhan Pertanian (SIMLUHTAN) dan Disdukcapil daerah maupun pusat.
"Untuk realisasi pupuk subsidi jenis urea masih 38 persen dari jumlah yang dialokasikan sebanyak 21 ribu ton yaitu sebanyak 8.350 ton. Sedangkan realisasi untuk pupuk jenis NPK baru sekitar 35 persen dari jumlah yang dialokasikan sebanyak 15 ribu ton yaitu sebanyak 5.360 ton," jelas Zefri.
Saat ini sekira 40 hingga 50 persen dari jumlah petani yang terdaftar sebagai petani hortikultura dan sisanya sebagai petani tanaman pangan di Simalungun.
Saat ini ada 9 komoditi dengan 3 golongan yang berhak menerima pupuk subsidi. Di antaranya, jenis tanaman pangan, tanaman hortikultura, serta perkebunan.
"Jenis tanaman pangan yang mendapat pupuk subsidi adalah padi, jagung, serta kedelai, kemudian untuk tanaman hortikultura, cabai merah, bawang putih dan bawang merah, sedangkan untuk perkebunan kakao, tepung rakyat, dan kopi." terangnya.
Zefri menambahkan, ketersedian pupuk subsidi untuk wilayah Simalungun saat ini ada di Gudang Produsen Pupuk Indonesia yang ada di Kota Pematang Siantar.
"Untuk ketersediaan pupuk subsidi Simalungun berada di gudang pupuk milik PT. Pupuk Sriwijaya (Pusri) di Jalan Mataram, Kecamatan Siantar Barat, masih tersedia stok pupuk subsidi hampir 3.000 ton," imbuh dia.