PARBOABOA, Jakarta - Hiruk pikuk perkotaan telah mengubah kebiasaan masyarakat ke arah modernisasi. Kehidupan yang dulu serba manua, sekarang berubah menjadi serba praktis dan digital.
Wilayah yang dulu berupa deretan bukit-bukit kini berganti menjadi jajaran gedung-gedung pencakar langit. Kebudayaan lokal pun juga semakin tergeser karena adanya pendatang dari peradaban global.
Kota Jakarta pula menjadi salah satu kota yang berkembang pesat di Indonesia. Namun, disisi lain, Jakarta juga menyimpan warisan budaya yang beragam khas suku Betawi.
Budaya Betawi tidak hanya hadir melalui seni pertunjukan seperti ondel-ondel, lenong, atau tanjidor saja, tetapi juga menjadi jejak budaya yang tersimpan dalam sehelai kain.
Yapss, ternyata Jakarta juga memiliki batik unik yang berbeda dari daerah lain.
Namun, dibalik gemerlap kemajuan Jakarta, ada rasa khawatir akan keberlangsungan budaya tersebut.
Siti Laela menjadi pencetus pelestarian Batik Betawi Terogong. Berangkat dari rasa prihatin akan keberadaan batik Betawi, ia membangun Sanggar Batik Betawi Terogong di di wilayah Kelurahan Cilandak Barat, Jakarta Selatan.
“Dikarenakan keprihatinan saya sebagai orang Betawi yang ingin melestarikan batik yang pernah ada di Jakarta khususnya di daerah tempat kami tinggal di Terogong,” Ucap Laela.
Awal pendiriannya, Laela memiliki dua tujuan, yaitu melestarikan batik dan memberdayakan warga, khususnya ibu-ibu sekitar. Hal itu ditunjukkan agar mereka bisa memanfaatkan waktu luangnya untuk lebih produktif, mempunyai karya dan penghasilan sendiri.
Namun, niat baik Laela untuk memberdayakan ini tidak berjalan lurus dengan yang diinginkannya. Proses yang panjang, butuh kesabaran, dan ketelatenan, serta hasil yang tidak menentu seperti pekerjaan biasanya membuat mereka enggan terlibat di dalamnya.
Laela menuturkan beberapa warga yang tergabung dan belajar membatik ini lambat laun semakin berkurang karena proses pembuatan batik yang butuh kesabaran dan ketelatenan.
Ditambah lagi semasa Pandemi Covid-19 yang membuat beberapa warga kembali ke kampung halamannya masing-masing dan sulit mencari pekerja. Inilah yang menjadi kendala Laela dalam melestarikan Batik Betawi Terogong ini.
“Kendala yang saya hadapi sebagai perajin batik itu di Jakarta susahnya mendapatkan sumber daya manusia susahnya mau ngajak orang untuk bergabung bersama menjadi perajin batik,” pungkas Laela
Tak hanya itu, Laela pun sempat diremehkan oleh orang lain yang menganggap Batik Betawi Terogong ini akan kalah dengan batik lain yang berkembang saat ini. Tetapi, dirinya yakin dan menjadikan hal ini jadi sebuah acuan untuk terus membuat Batik Betawi ini tetap eksis.
Bergelut dengan Kemajuan Kota
Sudah ada sejak tahun 1960-an, pamor Batik Betawi Terogong sempat meredup karena majunya peradaban masyarakat kota.
Modernisasi dan pembangunan gedung-gedung serta perumahan elit berdampak besar pada kelangsungan pengrajin Batik di Jakarta. Hingga pada September 2012, Laela dan keluarga membangkitkan kembali eksistensi Kampung Terogong sebagai sentra Batik Betawi.
Perempuan yang juga berprofesi sebagai guru itu mulanya sempat mengikuti pelatihan membatik yang diadakan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta tahun 2011, era Gubernur Fauzi Bowo.
Sampai akhirnya ia bertekad mendirikan Sanggar Batik Betawi Terogong, serta Laela pun menyampaikan bahwa sanggar ini hanya ada di Kampung Terogong untuk menjaga kelestarian batik di sini.
“Saya tidak membuat sanggar di tempat lain, selain di Terogong ini. Saya ingin terogong dikenal sebagai kampung batik dan kampung pelestari batik,” ucapnya.
Memang belum banyak yang mengetahui kalau Jakarta memiliki Batik khas Betawi. Tidak seperti batik kebanyakan yang berasal dari daerah Jawa, Batik Betawi Terogong membawa ragam kesenian Jakarta dalam motif-motif yang tergambar pada kain batik.
Ada berbagai motif batik yang berasal dari flora fauna dan juga ikon-ikon yang ada di Jakarta, seperti Ondel-ondel, Monas dan Patung Pancoran.
Bahkan disebutkan pula motif lainnya, mulai dari abang-none, penari jaipong, bajaj, bemo, alat musik tanjidor, burung hong, tapak liman, bunga kembang sepatu, kembang kelapa, daun semanggi, buah mengkudu, dan cermai.
Keberadaan Batik Betawi Terogong pun membawa ciri khas tersendiri ke masyarakat luas. Hal itu membuat Batik ini semakin dikenal oleh berbagai kalangan termasuk pejabat dan publik figur.
Peminat Batik Terogong juga beragam, ada yang dari Jakarta dan sekitarnya, ada pula yang berasal dari mancanegara. Karena itulah, Laela terus berinovasi dengan menambah ragam motif, warna, dan produk batik berupa pakaian jadi.
Perempuan itu pun mengenalkan batik melalui kerabat dan media sosial, hingga publik figur. “Cara saya mengenalkan batik ini yaa melalui media yang kami punya, seperti Instagram-Facebook. Dan juga lebih ke apa yaa, promosi dari mulut ke mulut dan ada juga beberapa artis dan pejabat yang dengan sukarela meng-endorse Batik Betawi,” jelasnya.
Kemudian, Laela melebarkan sayap melalui kerja sama dengan perancang busana, salah satunya dengan Hasabi Raedi Hadyan.
ketgamb Ragam motif Batik Betawi Terogong. (Foto: Batik Betawi Terogong). #end
Sebagai seorang fashion designer, Hasabi pula mengangkat etnik budaya betawi, yakni Batik Betawi Terogong dalam pakaian hasil rancangannya.
Melalui karyanya ini, ia berpesan kepada generasi muda agar menjaga dan melestarikan seni yang ada.
“Kita sebagai pemuda-pemudi bangsa harus mampu mengolah apa yang menjadi sumber daya pada bidang seni yang akan diperkenalkan serta dijaga dan dilestarikan,” ucapnya saat mengadakan peragaan busana di Yogyakarta november lalu dalam postingan Instagram @officialhasabihadyan dan @batikbetawiterogong.
Di sisi lain, Laela menyayangkan bahwa batik belum sepenuhnya dianggap sebagai salah satu warisan budaya bangsa yang berharga.
Ia berharap agar masyarakat, terutama anak muda, lebih sadar menjaga dan mengenakan batik sebagai bagian dari keseharian, tidak hanya pada acara tertentu.
“Jangan sampai ketika klaim oleh bangsa lain baru pada ribut,” pungkasnya.