PARBOABOA, Jakarta - Kapal selam Titan dari OceanGate Expedition untuk menjelajahi reruntuhan Titanic dikabarkan hilang sejak Minggu, 18 Juni 2023 di Samudra Atlantik Utara.
Kapal selam wisata ini diberangkatkan pagi dan direncanakan muncul ke permukaan pada Minggu petang, tetapi hingga hari ini, Kamis, 22 Juni 2023, belum tersiar kabar ditemukannya kapal tersebut.
Titan, nama kapal selam itu hilang kontak dengan kapal yang berada di permukaan, Polar Price usai 1 jam 45 menit turun ke lokasi reruntuhan kapal Titanic yang berada di kedalaman sekitar 3.810 meter di bawah permukaan.
Kapal itu berisi 5 orang penumpang dan 3 di antaranya merupakan miliarder asal Inggris bernama Hamish Harding, taipan dari Pakistan, Shahzada Dawood, serta putranya yang bernama Sulaiman.
Sedangkan 2 orang lainnya yakni, CEO OceanGate Expeditions, Stockton Rush dan operator kapal selam asal Prancis bernama Paul-Henri Nargeolet.
Menurut postingan dari Facebook Hamish, ekspedisi kapal selam wisata dengan panjang 6,5 meter itu menuju lautan pada Jumat, 16 Juni 2023 dan mulai melakukan penyelaman pertamanya saat Minggu pagi.
Hilang selama kurang lebih 4 hari ini membuat tim penyelamat khawatir. Sebab, persediaan oksigen saat kapal berada di dalam air diprediksi hanya sampai Kamis pagi.
Terdengar Suara Tumbukan
Dilansir dari media AS, Tim penyelamat mendeteksi adanya suara tumbukan di bawah air di Atlantik Utara saat pencarian dilakukan menggunakan sonar.
Sementara itu, menurut majalah Rolling Stone, pesawat P-8 Kanada yang ikut dalam pencarian pun disebutkan mendengar suara tumbukan dari area itu setiap 30 menit.
Lalu, 4 jam setelahnya, sebuah sonar tambahan pun dikerahkan dan suara tumbukan ini masih terdengar.
Pencarian kemudian disesuaikan mengikuti suara tumbukan tersebut.
Pencarian Tidak Mudah
Pakar Titanic, Tim Maltin dalam keterangannya kepada NBC News Now menggambarkan situasi laut dalam yang menjadi lokasi pencarian kapal selam wisata itu.
Menurutnya, menjelajahi area seluas 20.000 km persegi dengan kedalaman lebih dari 3.200 meter di perairan Atlantik Utara tidaklah mudah.
Ia menerangkan, di bawah laut itu gelap gulita, dasarnya berupa lumpur, bergelombang dengan disertai suhu dingin yang membekukan.
Bahkan, sambungnya, gelapnya dasar laut hingga membuat penyelam tidak bisa melihat tangannya sendiri meski berada tepat di depan wajahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Tim Maltin memberi perumpamaan berupa “Ini benar-benar seperti menjadi seorang astronot yang pergi ke luar angkasa”.