Kapal Tanker Pertamina Dicegat Greenpeace, Ternyata Tak Bawa Muatan Minyak Untuk Indonesia

Aktivis Greenpeace cegat kapal tangker Pertamina Prime (dok Kristian Buus/Greenpeace)

PARBOABOA, Pematangsiantar - Invasi Rusia ke Ukraina masih berlangsung hingga hari ini, Senin (4/4). Meskipun Rusia sudah dijatuhi sanksi berat oleh negara-negara di dunia, pasukan Rusia masih terus menggempur negara tetangganya tersebut.

Sebagai bentuk dari keprihatinan atas invasi ini, kelompok aktivis Greenpeace yang berasal dari 5 negara yaitu Denmark, Swedia, Finlandia, Norwegia, dan Rusia, melakukan pemblokiran kapal-kapal yang kedapatan membawa minyak dari Rusia.

Para aktivis melakukan pencegatan dua kapal di lepas pantai Denmark pada Kamis pekan lalu (31/03). Salah satu kapal yang dicegat tersebut merupakan kapal Pertamina Prime milik PT Pertamina International Shipping (PIS), sedangkan kapal lainnya adalah kapal tanker Seaoath yang tiba dari Rusia.

Aksi pencegatan ini dilakukan aktivis Greenpeace dengan berenang dan menggunakan kayak di sekeliling kapal. Beberapa aktivis membawa spanduk 'Berhenti Mengobarkan Perang' dan ada pula yang bertuliskan 'Perang Bahan Bakar Minyak'. Spanduk-spanduk tersebut kemudian ditempeli di lambung kapal milik Pertamina tersebut.  

Dikutip dari Reuters, pencegatan ini dilakukan karena diketahui kapal tanker Seaoath telah tiba dari Rusia membawa 100 ribu ton minyak mentah Ural dan berusaha untuk mentransfer minyak ke kapal tanker Pertamina Prime yang lebih besar.

Namun menurut sumber dari industri perkapalan dan trader Reuters, kapal Pertamina tersebut ternyata tidak membeli minyak Rusia untuk Indonesia. Tanker itu tengah disewa oleh perusahaan trader minyak Trafigura untuk melakukan transfer muatan antar kapal (ship to ship transfer).

Adapun Pertamina Prime mengumpulkan minyak mentah dari beberapa kapal tanker, kemudian akan berlayar dari Denmark ke China setelah transfer minyak selesai, menurut salah satu pialang kapal.

Dengan demikian, Pertamina Prime berlayar langsung dari Denmark ke China, bukan dari Rusia dan mengumpulkan minyak dari beberapa tanker.

Menurut informasi terbaru, sehari setelah dicegat Greenpeace, tanker Pertamina tersebut sudah kembali berlayar ke China.

Dalam keterangannya, pihak Greenpeace menilai jika membeli minyak Rusia, berarti mendanai invasi Rusia ke Ukraina. Dimana setiap pembelian migas Rusia, maka dana perang Presiden Vladimir Putin akan bertambah.

"Para pemerintah seharusnya tak punya alasan terkait mengapa mereka terus membuang uang demi bahan bakar fosil yang menguntungkan sedikit orang dan menjadi bahan bakar perang, sekarang di Ukraina," ujar Sune Scheller, kepala Greenpeace Denmark, dikutip dari situs Greenpeace, Senin (4/4).

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS