PARBOABOA, Jakarta - Kasus penyakit cacar monyet atau monkeypox (Mpox) kembali menjadi sorotan utama.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), per 13 dan 19 Oktober 2023 di Jakarta, masing-masing baru ada satu pasien cacar monyet. Kemudian, pasien bertambah lima pada 21 Oktober 2023.
Kemudian, pada 23 Oktober 2023, terdapat tambahan dua kasus positif. Lalu pada 24 Oktober 2023 ada tiga kasus tambahan.
Sementara, hingga 25 dan 26 Oktober terdapat masing-masing tambahan dua kasus positif cacar monyet.
Perkembangan kasus cacar monyet telah mendorong upaya pencegahan dan edukasi yang lebih intensif.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melalui Pengurus Besar (PB IDI) telah berkomitmen untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait penyakit ini.
Dr. Hanny Nilasari, Ketua Satgas MPox PB IDI, mengungkapkan bahwa tingginya angka kasus Mpox di Asia Tenggara disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini.
Menurut dia, kondisi Mpox lebih mudah menular, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, sementara masyarakat sering menganggapnya sebagai hal yang sepele.
PB IDI juga memberikan beberapa saran terkait penanganan Mpox, seperti meningkatkan edukasi masyarakat, menjaga kebersihan, penggunaan kondom, serta segera berkonsultasi dengan dokter jika muncul gejala penyakit.
Hanny mengungkapkan bahwa PB IDI terus bekerja sama dengan semua pihak yang berkepentingan untuk mengurangi jumlah kasus cacar monyet.
Sebagai upaya pencegahan virus tersebut, Kementerian Kesehatan RI telah menyediakan vaksin MPox dan telah mengadministrasikannya pada 251 dari 495 orang yang menjadi target.
Apa itu Cacar Monyet
Dilansir dari laman Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Kemenkes RI, cacar monyet merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox.
Penyakit ini pertama kali ditemukan pada 1958 ketika wabah penyakit mirip cacar menyerang koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian.
Kasus pada manusia pertama kali tercatat pada 1970 di Republik Demokratik Kongo dan mulai menyebar ke beberapa negara Afrika Tengah dan Barat.
Adapun daftar negara tersebut, di nataranya Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone.
Penyakit ini dapat menular ketika seseorang bersentuhan dengan virus dari hewan, orang yang terinfeksi, atau bahan yang terkontaminasi virus.
Bahkan, virus ini juga dapat melewati plasenta dari ibu hamil ke janin.
Virus ini juga dapat menyerang manusia melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi.
Tak hanya itu, virus juga menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau luka pasien terinfeksi. Penyakit ini juga dapat menyebar melalui droplet pernapasan.