PARBOABOA, Kazakhstan - Kazakhstan dilanda kekacauan setelah negara tersebut sedang mendapat protes besar-besaran dari masyarakat mengenai kenaikan harga bahan bakar gas cair (LPG).
Pada selasa (4/1/2021) demo besar-besaran pecah di alun-alun utama kota Almaty, kota terbesar di negara Asia Tengah tersebut. Untuk membubarkan massa, polisi setempat menggunakan gas air mata dan granat kejut. Sedangkan di provinsi Mangistau demo justru berakhir dengan bentrokan.
Menurut situs kepresidenan Kazakhstan yang dikutip AFP, karena banyaknya protes yang dilayangkan masyarakat, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, mengumumkan telah menerima pengunduran diri sejumlah kabinet pimpinan Perdana Menteri Askar Mamin pada Rabu (5/1). Sehingga Tokayev memutuskan untuk mengangkat wakil perdana menteri Alikhan Smailov sebagai Perdana Menteri Republik Kazakhstan sementara, sampai pemerintahan baru terbentuk.
Selain mundurnya kabinet, presiden Kazakhstan tersebut juga mengumumkan akan memberlakukan status darurat akan di Almaty dan Mangystau sejak 5 hingga 19 Januari 2022.
Dengan penetapan situasi darurat, kedua wilayah tersebut akan diberlakukan jam malam mulai pukul 23.00 hingga 07.00 waktu setempat. Dimana kendaraan yang akan keluar dan masuk akan diawasi dengan ketat.
Harga LPG telah diturunkan
Protes dimulai di provinsi barat penghasil minyak Mangistau pada hari Minggu (2/1) setelah pencabutan subsidi harga bahan bakar gas cair mengikuti bahan bakar mobil sehari sebelumnya yang membuat harganya naik lebih dari dua kali lipat. Kenaikan harga ini kemudian memicu naiknya harga makanan dan kebutuhan lain, sehingga masyarakat melayangkan protes.
Presiden Tokayev mencoba meredakan situasi genting di negaranya dengan memastikan pemerintah akan menurunkan harga.
Dia mengatakan di Twitter pada Selasa (4/1/2022), bahwa pihak berwenang telah mengambil keputusan untuk menurunkan harga LPG di wilayah Mangystau.
Pemerintah setempat kemudian memberikan tanggapan dengan menurunkan harga LPG dari harga 120 tenge atau sekitar Rp3.900 per liter. Pemerintah kemudian menurunkan menjadi 50 tenge atau sekitar Rp1.600.