PARBOABOA, Kazakhstan - Kerusuhan di Kazakhstan semakin memanas sebagai buntut protes masyarakat atas naiknya harga bahan bakar gas cair (LPG) di negara tersebut sejak awal tahun 2022. Presiden Kazakhstan bahkan telah menetapkan situasi darurat di dua kota yang menjadi pusat bentrokan yaitu Almaty dan Mangystau sejak 5 Januari lalu.
Namun situasi darurat tersebut tidak dapat menahan para pendemo, yang kembali memadati alun-alun kota Almaty dan menyebabkan kericuhan. Kericuhan tersebut merupakan kerusuhan terburuk yang terjadi di negara bekas Uni Soviet tersebut sejak 30 tahun kemerdekaannya.
Dikutip dari AFP, dilaporkan setidaknya 18 orang petugas keamanan meninggal dunia, dimana dua diantaranya ditemukan dengan kondisi mengenaskan dengan kepala terpenggal. Sementara itu 748 petugas lainnya mengalami luka-luka saat berusah meredam kerusuhan. Namun jumlah korban dari pendemo belum dapat dikonformasi.
Kantor berita Rusia Interfax dan RIA Novosti juga mengutip kementerian yang mengatakan 2.298 orang sejauh ini telah ditahan setelah protes atas kenaikan harga bahan bakar berubah menjadi bentrokan dengan petugas.
Para pendemo menyuarakan protes mereka atas kenaikan harga LPG yang digunakan untuk bahan bakar mobil, padahal cadangan energi di negara tersebut sangat besar, merupakan negara eksportir minyak dan gas. Selain itu, kenaikan harga LPG tersebut juga berdampak pada kenaikan harga makanan dan kebutuhan lainnya.
Di provinsi barat Mangystau, para pendemo menutup bagian jalan raya dan satu jalur kereta api. Sedangkan di Almaty, pendemo telah menghancurkan sebagian sejumlah bangunan badan negara, organisasi keuangan, perusahaan televisi dan fasilitas perdagangan.
Presiden Kazakhstan meminta bantuan dari Rusia
Kekacauan yang terjadi tersebut membuat Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev meminta bantuan kepada blok keamanan dari pasukan perdamaian yang dikirim oleh Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia.
CSTO adalah perjanjian keamanan antara enam negara bekas Soviet, yang menggabungkan Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kirgistan, Rusia, dan Tajikistan. Sebagai jawaban, Rusia kemudian mengirimkan sekitar 2.500 orang ke Kazakhstan pada Kamis (6/1/2022).
Sementara itu, menurut situs kepresidenan Kazakhstan yang dikutip AFP, karena banyaknya protes yang dilayangkan masyarakat, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, mengumumkan telah menerima pengunduran diri sejumlah kabinet pimpinan Perdana Menteri Askar Mamin pada Rabu (5/1). Sehingga Tokayev memutuskan untuk mengangkat wakil perdana menteri Alikhan Smailov sebagai Perdana Menteri Republik Kazakhstan sementara, sampai pemerintahan baru terbentuk.