Kesalahan Fatal Israel Menarget Pekerja Kemanusiaan Perparah Krisis di Gaza

Ilustrasi kemanusiaan di Gaza (Foto: Parboaboa/Rey Butarbutar)

PARBOABOA - Serangan Israel kepada Hamas pada pekan ini menjadi pusat perhatian dunia. Hal ini karena Israel menargetkan penyerangan ke para pekerja kemanusiaan.

Dilansir dari akun YouTube PBB (United Nation), Tedros Ghebreyesus (Director-General of the World Health Organization) mengungkapkan ada 7 pekerja kemanusiaan dari World Central Kitchen (WCK) menjadi korban serangan Israel pada Senin (1/4/2024).

Dengan peristiwa ini, Mr. Jamie McGoldrick sebagai Koordinator Bidang Kemanusiaan (OCHA) menyatakan sejak oktober 2023 sampai 20 Maret 2024 tercatat 196 pekerja kemanusiaan yang sudah gugur akibat konflik Israel dan Hamas.

Dilansir dari CBC, sejauh ini Israel mengklaim bahwa penyerangan itu adalah sebuah ‘kecelakaan’. Namun, banyak orang, termasuk Jose Andres pendiri WCK menolak bahwa ini adalah kecelakaan.

Andres mengatakan bahwa serangan ini memang ditujukan secara sistematis untuk menyerang kendaraan yang membawa para pekerja kemanusiaan.

Salah satu pekerja WCK yang gugur adalah seorang warga Palestina, yakni Saifeddin Issam Ayad Abutaha.

Saifeddin merupakan seorang warga Rafah, Gaza Selatan. Menurut keluarganya, ia hanyalah seorang sopir dan penerjemah untuk para pekerja kemanusiaan yang ada di kelompoknya.

WCK, dalam kerjasama dengan Uni Emirat Arab dan organisasi non-pemerintah Spanyol Open Arms, baru-baru ini memimpin armada bantuan kedua mereka melalui koridor kemanusiaan maritim baru antara Siprus dan Gaza.

Selain WCK, Red Crescent Society mengklaim ada 26 pekerja mereka yang meninggal dan 15 diantaranya diduga telah ditargetkan oleh Israel.

Sementara itu, serangan ini diduga dilakukan Israel karena tuduhan terhadap staf UN Relief Works Agency - UNRWA (Badan Bantuan PBB) terlibat dalam serangan 7 Oktober yang dilakukan Hamas terhadap Israel.

Akibatnya, hingga saat ini, Israel mencegah UNRWA mendistribusikan makanan dan bantuan kemanusiaan ke bagian utara Palestina yang telah dikepung.

Keprihatinan semakin tersirat ketika serangan Israel menyasar tenaga medis.

Asosiasi organisasi kemanusiaan medis internasional Doctors Without Borders menyebut setidaknya ada lima staf dan sukarelawan mereka yang tewas dalam serangan rumah sakit Al-Awda di Utara Gaza.

“Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Pasukan Israel telah berulang kali menyerang pekerja kesehatan dan fasilitas medis,sehingga membuat para tenaga medis terbatas dalam memberikan bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa," tulis Doctors Without Borders dalam situs resminya pada 21 Maret 2024.

Selain itu, Kementerian Kesehatan Gaza sejauh ini juga telah mencatat sekitar 350 pekerja medis Palestina tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023.

Pemutusan Tenaga Bantuan Kemanusiaan

Buntut dari serangan tersebut, WCK sementara ini menghentikan operasi di Gaza dan armada telah kembali ke Siprus.

Anera, salah satu mitra WCK yang menyediakan bantuan kemanusiaan di Timur Tengah, mengatakan pada hari Selasa bahwa ia akan mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya’ untuk menghentikan operasinya di Gaza.

Juru Bicara Anera, Steve Fake menyebut bahwa serangan terhadap WCK adalah bukti bahwa saat ini pekerja kemanusiaan sedang diserang.

“Keselamatan staff kami merupakan faktor utama yang memutuskan apakah bantuan layak untuk dilanjutkan” kata Steve.

Sementara itu, Korps Kedokteran Internasional (The International Medical Corps), yang memiliki salah satu rumah sakit terbesar di Rafah dengan 140 tempat tidur, mengatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan kembali rencana untuk mendirikan rumah sakit di Deir Al-Balah.

Dengan pembunuhan pekerja kemanusiaan, medis dan warga sipil, Israel telah melanggar hukum internasional karena telah melakukan kejahatan perang.

Dalam situs resmi PBB, news.un.org, para ahli hak asasi manusia mendesak negara-negara anggota PBB untuk menggunakan semua kekuatan mereka untuk menghentikan kekejaman di Gaza.

“Dunia sedang menyaksikan genosida pertama yang ditampilkan secara nyata oleh para korban dan tidak dapat dipahami oleh Israel dalam mematuhi hukum perang,” kata mereka.

Menanggapi hal itu, Letnan Jenderal Herzi Halevi, kepala staf jenderal Angkatan Pertahanan Israel, mengatakan serangan itu adalah "kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan identifikasi".

Dua Petinggi Militer Israel Dipecat

Dalam pernyataan resmi Herzi Halevi pada Jumat (5/4/2024), Israel telah melakukan penyelidikan mengenai penyerangan terhadap WCK.

Israel akhirnya menemukan kesalahan serius dalam pelanggaran prosedur militer. Dalam penyelidikan yang dilakukan, Israel terbukti menyerang 3 kendaraan WCK.

Halevi mengatakan bahwa Serangan terhadap kendaraan bantuan adalah kesalahan serius yang bertentangan dengan prosedur yang ada.

Dalam penjelasannya, Halevi menegaskan bahwa pada Kamis (4/4/2024) 2 petinggi militer dipecat dan 1 komandan senior mendapatkan peringatan.

Kedua petinggi itu adalah Kepala Staf berpangkat Kolonel dan petugas berpangkat Mayor serta memberikan peringatan serius kepada seorang jenderal senior di Komando Selatan.

Editor: Rey Butarbutar
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS