Diplomasi Energi: Langkah Prabowo Redam Tarif Dagang AS Lewat Impor Gas

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto (Foto: Instagram/@prabowo)

PARBOABOA, Jakarta - Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan strategi ekonomi besar-besaran dengan mengalokasikan dana hingga Rp251,24 triliun untuk mengimpor energi dari Amerika Serikat.

Langkah ini bukan sekadar pembelian komoditas energi, tetapi merupakan bagian dari negosiasi penting dengan Washington demi menekan tarif dagang tinggi yang selama ini dikenakan AS terhadap produk Indonesia.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, mengonfirmasi bahwa Indonesia tengah merancang impor besar-besaran dari Amerika Serikat berupa Liquid Petroleum Gas (LPG), Liquefied Natural Gas (LNG), serta minyak mentah.

Ini bukan sekadar transaksi biasa, melainkan bagian dari strategi diplomasi ekonomi untuk meredam beban tarif resiprokal tinggi sebesar 32% yang diberlakukan AS terhadap sejumlah komoditas RI.

Dalam pernyataannya di Jakarta, Jumat (4/7/2025), Yuliot menyampaikan bahwa langkah ini merupakan hasil dari pemetaan kebutuhan energi nasional.

LPG dan minyak mentah menjadi prioritas utama, seiring dengan tingginya kebutuhan dalam negeri dan strategi diversifikasi pasokan.

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, telah menyiapkan dana senilai US$34 miliar atau sekitar Rp551,1 triliun (kurs Rp16.209 per US$) untuk mendanai pembelian produk dan investasi di Amerika Serikat.

Dari total tersebut, sekitar US$15,5 miliar atau setara Rp251,24 triliun akan digunakan untuk belanja sektor energi.

Kebijakan ini merupakan bagian dari langkah negosiasi untuk menurunkan tarif dagang AS dan memperbaiki posisi defisit perdagangan bilateral.

Seperti diketahui, neraca perdagangan Amerika Serikat dengan Indonesia saat ini masih mencatatkan surplus signifikan di pihak Indonesia—yang menjadi perhatian pemerintah AS sejak masa Presiden Donald Trump.

Menariknya, meskipun Indonesia sebelumnya sudah melakukan impor minyak mentah dari Amerika, prosesnya dilakukan secara tidak langsung—melalui negara ketiga.

Namun dalam strategi baru ini, pemerintah berkomitmen untuk mengimpor langsung dari AS, sebagai bagian dari penguatan kemitraan energi bilateral.

Namun demikian, detail seperti volume dan waktu pelaksanaan impor masih menunggu hasil koordinasi antar-kementerian, terutama dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

“Kami masih menunggu hasil pembahasan,” ujar Yuliot, menegaskan bahwa koordinasi lintas sektor masih berlangsung.

Agrikultur dan Investasi

Tak hanya sektor energi, rencana belanja ini juga mencakup sektor agrikultur dan investasi.

Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers Kamis (3/7/2025), menyatakan bahwa Indonesia akan memperluas impor dari AS untuk mencakup produk pertanian, serta menjalin kerja sama investasi.

Meski belum merinci jenis produk dan bidang investasi apa saja yang akan disasar, Airlangga memastikan bahwa nilai total belanja sebesar US$34 miliar tersebut akan meliputi kedua sektor.

Untuk mengamankan kerja sama strategis ini, Indonesia berencana menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan mitra dagangnya di Amerika Serikat pada 7 Juli mendatang.

Perjanjian ini juga akan melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta entitas investasi nasional seperti Danantara.

MoU tersebut diharapkan menjadi landasan formal untuk merealisasikan pembelian energi sekaligus memperkuat iklim investasi Indonesia di AS.

“Perjanjian ini akan mencakup rencana investasi dari berbagai pihak, termasuk BUMN dan Danantara,” pungkas Airlangga.

Dengan skema pembelian dan investasi bernilai ratusan triliun rupiah ini, pemerintah berupaya menyeimbangkan kembali relasi dagang dengan AS, sembari memperkuat ketahanan energi nasional.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS