PARABOABOA, Jakarta - Indeks kualitas udara Jakarta, diukur oleh IQAir (air quality index) pada Jumat (18/8/2023) mencapai angka 110, menunjukkan tingkat yang tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Meskipun demikian, terjadi perbaikan dibandingkan dengan hari sebelumnya, Kamis (17/8/2023), ketika indeks mencapai 137 yang juga dianggap tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Perbandingan dengan kota-kota besar dunia yang memiliki polusi udara tinggi menunjukkan, Jakarta lebih baik daripada hari sebelumnya. Jakarta saat ini menduduki peringkat 9, setelah sebelumnya berada di peringkat 4.
Kota Baghdad, Irak, menjadi peringkat pertama dengan indeks kualitas udara 152. Posisi 8 ditempati oleh Kota Lahore, Pakistan, dengan angka 117, sementara di peringkat 10 adalah Beijing, China, dengan 107.
Untuk kawasan lainnya, indeks kualitas udara Kota Bogor berada di angka 57, menunjukkan kondisi sedang. Di Depok, indeks mencapai 127, dianggap tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Sementara itu, Tangerang memiliki indeks 157 yang mengindikasikan kondisi tidak sehat. Bekasi, indeks mencapai 147 yang juga dianggap tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Presiden Joko Widodo telah menggagas berbagai solusi untuk mengatasi masalah polusi udara, dengan langkah-langkah jangka pendek, menengah, dan panjang. Pemerintah pusat dan provinsi juga telah menindaklanjuti untuk menerapkan langkah-langkah ini.
Contohnya, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, mengusulkan kebijakan "four in one," yaitu empat penumpang dalam satu mobil, sebagai solusi. Selain itu, uji emisi kendaraan diperketat.
PLN diminta untuk meningkatkan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Pemerintah juga mendorong penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) untuk mengurangi polusi udara.