PARBOABOA, Jakarta – Setelah dilakukan sejumlah perbaikan, peresmian Lintas Rel Terpadu (LRT) Jabodebek pun akan dilaksanakan pada Minggu, (27/8/2023).
Peresmian ini akan dilakukan langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) karena pembangunan moda transportasi tersebut merupakan yang pertama di Indonesia.
Lalu, keesokan harinya atau pada Senin, (28/8/2023), LRT Jabodebek baru mulai beroperasi secara komersil dengan titik sentral pertemuan berada di Stasiun Dukuh Atas.
Bagi warga yang hendak menaiki LRT, dapat melakukan pembayaran secara casless atau non-tunai menggunakan Kartu Elektronik BNI, BRI, BTN, BCA, Bank DKI Jakarta, Bank Mandiri, Scan Qris Link Aja, KAI PAY, dan KMT KAI Commuter.
Namun, apabila pengguna belum membawa kartu uang elektronik atau kehabisan saldo, maka dapat menuju ke Ticket Vending Machine yang telah disediakan untuk penjualan kartu uang elektronik dan top up.
EVP of Corporate Secretary KAI, Raden Agus Dwinanto Budiadji, mengatakan jika pada masa mendatang, KAI akan memasang 14 gate tipe Turnstile dan 2 gate tipe Wide untuk pelanggan disabilitas di seluruh stasiun LRT Jabodebek.
Salah Desain
Sebelum peresmiannya, LRT Jabodebek ini sempat diterpa isu salah desain yang dilontarkan oleh Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo pada Selasa, 1 Agustus 2023.
Menurutnya, kesalahan desai terjadi pada lengkung bentang panjang (longspan) berada di Gatot Subroto-Kuningan yang ukurannya kurang lebar hingga mengharuskan kecepatan kereta menjadi lebih lambat (20 km per jam).
Pasalnya, kata dia, ketika jembatan tersebut dibangun, PT. Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) tidak melakukan pengujian pada sudut kemiringannya.
Kartika menilai, jika tikungan itu memiliki ruang yang lebih lebar, maka kecepatan LRT Jabodebek tidak akan berubah seperti saat berada di lintasan lurus.
Respon Menteri PUPR
Merespon pernyataan tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) telah melakukan pengujian terhadap proyek LRT Jabodebek.
Di mana, jika lengkung bentang panjang (longspan) tidak dibangun seperti saat ini, maka gedung-gedung hotel yang berada di sekitarnya akan terkena dampak.
Adapun soal kecepatan, Basuki menyebut, karena sedang berada di perkotaan, maka kecepatan LRT Jabodebek pada lintasan lurus hanya 30-40 km per jam.
Sedangkan ketika berada di tikungan, kereta harus melambat hingga ke kecepatan 20 km per jam.
Hal ini disampaikan oleh Basuki Hadimuljono pada Senin, 7 Agustus 2023 di Jakarta.
Penilaian Pengamat Transportasi
Pengamat transportasi menyebut jika jembatan LRT Jabodebek telah mendapat sertifikat dari Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) Kementerian PUPR.
“Enggak (salah desain), karena sudah dapat sertifikat dari Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan Kementerian PUPR,” kata pengamat transportasi sekaligus Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno kepada Parboaboa, Rabu (09/8/2023).
Djoko Setijowarno menganggap, lengkungan jembatan Lintas Rel Terpadu (LRT) Jabodebek yang sebelumnya disebut salah desain sudah dipastikan aman.
“Sudah aman. Kalau enggak aman kan reputasi mereka (KKJTJ) bisa dipertanyakan. Jadi enggak masalah,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Djoko juga menyampaikan penilaiannya terkait kecepatan LRT Jabodebek yang melambat saat berada di belokan.
Menurutnya, dengan kecepatan 20 km per jam saat berada di tikungan merupakan hal yang wajar. Apalagi, LRT Jabodebek merupakan kereta perkotaan, bukan kereta cepat.
“Masalah kecepatan, ya gapapa, masa cepet-cepetan udah bayar mahal, nikmati kota Jakarta,” ujarnya.
“Ya gapapa cuma turun sedikit 20, ini kan bukan kereta cepat, kereta perkotaan,” tandasnya.
Editor: Maesa