PARBOABOA, Jakarta - Arab Saudi, sebuah kerajaan yang terletak di Timur Tengah, dikenal memiliki kebijakan yang konservatif dalam banyak aspeknya, seperti peran perempuan dalam masyarakat dan agama Islam yang dipegang teguh.
Namun, dengan kepemimpinan Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) sejak 2017, Arab Saudi mengalami transformasi yang signifikan dan kontroversial.
MbS, yang saat ini menjabat sebagai putra mahkota, memperkenalkan serangkaian kebijakan ambisius untuk mewujudkan ‘Visi 2030’, yang bertujuan untuk membuat Arab Saudi menjadi negara yang lebih moderat dan terbuka, serta menciptakan ekonomi yang lebih beragam.
Berikut deretan kebijakan kontroversial di Arab Saudi di bawah pimpinan MbS
1. Pembatasan hak perempuan
Meskipun MBS telah mengeluarkan sejumlah reformasi untuk meningkatkan hak-hak perempuan di Arab Saudi, seperti mengizinkan perempuan untuk mengemudi dan masuk ke stadion olahraga, namun hak perempuan masih dibatasi.
Seperti menahan aktivis perempuan yang memperjuangkan hak-haknya, masih memberlakukan hukuman cambuk bagi perempuan yang melanggar aturan ketika berpartisipasi dalam olahraga dan minimnya kehadiran perempuan dalam posisi kepemimpinan.
2. Legalisasi penjualan alkohol
Menurut laporan Wall Street Journal, Arab Saudi berencana membangun resor mewah tepi pantai di megaproyek Neom, yang akan menyajikan anggur, koktail, dan sampanye. Tempat ini akan menjadi yang pertama kalinya yang menjual alkohol di negara tersebut.
Saat ini, konsumsi dan penjualan alkohol dilarang di Arab Saudi. Namun, jika penjualan alkohol diizinkan, hal ini bertujuan untuk menarik turis asing dan mendorong pebisnis ekspatriat untuk tinggal dan bekerja di sana.
3. Pantai Bikini
Arab Saudi dikenal sebagai negara yang memiliki aturan ketat mengenai pakaian, terutama bagi perempuan. Namun, kini muncul sebuah tempat baru yang mengizinkan laki-laki dan perempuan berbaur tanpa batasan, yaitu Pantai Pure Beach.
Pantai Pure Beach adalah sebuah pantai privat yang terletak di King Abdullah Economic City, sekitar 125 kilometer dari Kota Jeddah. Di sini, laki-laki dan perempuan bisa bersantai, mendengarkan musik, menari, bermain air, dan bebas memakai pakaian renang bikini. Perempuan juga diperbolehkan merokok shisha bersama-sama.
Dengan adanya Pantai Pure Beach, tampaknya aturan pakaian yang ketat di Arab Saudi sedikit melembut. Tempat ini menawarkan pengalaman baru bagi warga dan turis yang ingin menikmati suasana pantai dengan suasana yang lebih santai dan bebas.
Pantai ini dilaporkan memiliki taman terapung yang membentuk tulisan "Arab Saudi" dalam bahasa Inggris jika dilihat dari atas. Harga tiket masuk ke Pantai Pure Beach sebesar 300 riyal Saudi atau sekitar Rp1,2 juta (asumsi kurs Rp4.051/riyal).
4. Gandeng Israel bangun kasino di Arab Saudi
Arab Saudi dikabarkan bakal membuka kasino demi mendapatkan pundi-pundi keuntungan dari kedatangan turis mancanegara. Lokasi kasino tersebut telah disiapkan di Pulau Tiran dan Sanafir yang berada di sekitar Laut Merah.
Bukan hanya kasino, hotel-hotel dengan fasilitas mewah juga bakal dibangun di kedua pulau tersebut. Untuk mewujudkan rencananya, Arab Saudi bahkan dilaporkan membuka pintu untuk warga dan investor asal Israel.
Sampai saat ini, Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Tapi, Arab Saudi akan mengizinkan wisatawan asal Negeri Yahudi itu untuk masuk ke Pulau Tiran dan Pulau Sanafir supaya lebih dekat dengan negara yang kini dipimpin oleh Benjamin Netanyahu itu.
5. Pembangunan Ka'bah Baru
Terakhir, Pangeran MbS dikritik usai membangun gedung raksasa bentuk kubus bernama "The Mukaab" di Riyadh. Pasalnya, bentuk Mukaab yang kubus dikaitkan dengan "Ka'bah" bahkan disindir sebagai upaya pendirian "Ka'bah baru".
Proyek ini disahkan oleh MBS sebagai Perdana Menteri pada Kamis (16/2) dan bertujuan untuk membangun "pusat kota modern terbesar di dunia" di ibu kota negara tersebut. Proyek ini direncanakan akan rampung pada tahun 2030.
Melalui proyek ini, kerajaan bertujuan untuk meningkatkan ukuran dan populasi ibu kota, serta mengurangi ketergantungan negara pada pendapatan ekspor minyak. Kota masa depan ini akan berlokasi di barat laut Riyadh dan memiliki luas area sekitar 19 kilometer persegi.
Aturan-aturan kontroversial yang telah dikeluarkan oleh Pangeran MBS menunjukkan adanya upaya untuk melakukan reformasi yang lebih progresif di Arab Saudi. Namun, banyak dari aturan tersebut yang telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat internasional dan organisasi hak asasi manusia.