Komandan Hizbullah Mohammed Nasser Tewas Diserang Israel

Komandan top Hizbullah, Mohammed Nasser tewas diserang tentara Israel. (Foto: www.cfr.org)

PARBOABOA, Jakarta - Seorang komandan top Hizbullah, Mohammed Nasser tewas diserang tentara Israel di Lebanon Selatan, Rabu (3/7/2024).

Sumber keamanan Lebanon mengatakan, Nasser merupakan salah satu tokoh tertinggi dan disegani di kelompok Hizbullah.

Dia memegang tanggung jawab penuh atas sebagian operasi Hizbullah di perbatasan - tempat kedua kelompok (Israel-Hizbullah) berkonflik sejak 2006.

Sebelumnya, berdasarkan laporan  Reuters, seorang komandan lain bernama Taleb Abdallah juga tewas akibat serangan Israel pada Juni kemarin.

Kematian Taleb mendorong Hizbullah melakukan serangan balasan dengan menembakkan drone dan roket terbesarnya.

Diketahui, sejak 7 Oktober, hampir setiap hari Israel dengan Hizbullah terlibat baku tembak di lintas perbatasan.

Hizbullah menyatakan bahwa mereka akan menghentikan serangan hanya jika tercapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Sedangkan pejabat Israel mengultimatum akan melancarkan operasi militer yang lebih besar jika Hizbullah terus melakukan serangan.

Bentrokan ini telah meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya konfrontasi langsung antara Lebanon dan Israel, memicu upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada Selasa, (2/7/2024) mendesak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk menghindari ketegangan hebat antara kedua negara. 

Amos Hochstein, penasihat senior untuk Presiden AS, Joe Biden telah melakukan perjalanan ke Lebanon dan Israel dan dijadwalkan untuk bertemu dengan Jean-Yves Le Drian, utusan Macron untuk Lebanon.

Menurut Reuters, serangan Israel di Lebanon telah menewaskan lebih dari 300 petempur Hizbullah dan 87 warga sipil. Di sisi lain Israel melaporkan bahwa serangan dari Lebanon telah menewaskan 10 warga sipil dan 18 tentaranya dan 10 warga sipil.

Menyikapi konflik Hizbulllah-Israel, beberapa negara sebelumnya telah melarang warganya untuk tidak bepergian dan segera meninggalkan Lebanon.

Pemerintahan Arab Saudi misalnya. Pada Minggu, (30/6/2024) pihak kerajaan menyerukan agar warganya yang ada di Lebanon keluar dari daerah tersebut.

"Menyusul perkembangan terkini di Lebanon Selatan," demikian alasan seruan tersebut dikeluarkan melansir Saudi Press Agency.

Dalam seruan sebelumnya, pemerintah melalui kedutaanya di Beirut melarang warga Arab Saudi melakukan perjalanan ke Lebanon.

AS, pada 5 Juni kemarin, melalui kedutaanya juga menyarankan warganya yang berada di Lebanon untuk tidak bepergian ke wilayah sepanjang perbatasan Israel dan Suriah.

Australia tak ketinggalan. Menteri Luar Negeri Kangguru, Penny Wong mendesak warga negaranya di Lebanon untuk segera beranjak selagi penerbangan komersial masih tersedia.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Belanda, melalui akun X miliknya mendesak warganya menghindari bepergian ke Lebanon, sekaligus mendesak mereka yang tinggal di sana untuk meninggalkan wilayah selama penerbangan komersial masih beroperasi.

Lain dengan negara-negara di atas, Duta Besar Rusia untuk Lebanon, Alexander Rudakov lebih kalem. Ia meminta warga negaranya untuk menunggu hingga situasi kembali kondusif.

Menurutnya, situasi saat ini tidak harus membuat panik. Ia menegaskan misi diplomatik terus beroperasi secara normal untuk pengamanan warga.

Negara-negara lain yang mendesak warganya tinggalkan Lebanon serta melarang untuk bepergian ke sana adalah Jerman, Inggris, Irlandia, Yordania Kanada, Makedonia Utara dan Kuwait.

Editor: Gregorius Agung
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS