PARBOABOA, Jakarta - Sejumlah peneliti di pusat penelitian dan perawatan kanker City of Hope di Los Angeles, bekerja sama dengan perusahaan biotek yang berbasis di Australia Imuegene, diketahui telah melakukan uji coba virus pembunuh sel kanker kepada manusia untuk yang pertama kalinya.
Uji coba tersebut dilakukan dengan menyuntikkan virus yang bernama CF33-hNIS alias Vaxinia ke tubuh manusia.Virus ini disebut juga virus onkolitik, yakni virus yang telah dimodifikasi secara genetik dan dirancang untuk menginfeksi serta membunuh sel kanker secara selektif.
Vaxinia diketahui terbuat dari virus cacar yang dimodifikasi dengan masuk ke sel dan menggandakan diri. Kemudian, sel yang terinfeksi akan meledak, melepaskan partikel virus baru yang bertindak sebagai antigen, serta merangsang sistem kekebalan untuk menyerang sel kanker yang ada didekatnya.
"Kami percaya CF33-hNIS memiliki potensi untuk meningkatkan hasil bagi pasien kami," kata ahli onkologi City of Hope dan peneliti utama Daneng Li, seperti dikutip dari Science Alert, Senin (23/5).
Uji coba virus pembunuh kanker dilakukan pada 100 peserta dewasa dengan tumor padat stadium awal maupun lanjut dan minimal sudah mendapatkan dua lini pengobatan standar sebelumnya.
Selanjutnya, peserta akan menerima pengobatan eksperimental dosis rendah lewat injeksi langsung atau intervana. Jika tahap awal dinilai berhasil dan aman, maka akan dilanjutkan dengan tes tambahan untuk menyelediki pembrolizumab (pengobatan antibodi yang digunakan dalam imunoterapi kanker).
Dari uji coba atau perlakuan tersebut, peneliti akan menganalisis seberapa baik CF33-hNIS dapat diterima oleh pasien, mencatat frekuensi dan tingkat keparahan efek samping, serta melihat seberapa efektif obat tersebut ketika dosisnya ditingkatkan. Namun, uji coba diperkirakan akan memakan waktu selama dua tahun untuk mengetahui hasil yang lebih terperinci.
Uji coba virus ini sebelumnya telah dilakukan pada hewan. Hasilnya, virus ini bisa memanfaatkan sistem kekebalan. Sistem kekebalan kemudian memburu dan menghancurkan sel kanker.
"Penelitian kami sebelumnya menunjukkan bahwa virus onkolitik dapat merangsang sistem kekebalan untuk merespons dan membunuh kanker, serta merangsang sistem kekebalan untuk lebih responsif terhadap imunoterapi lainnya," kata Li.
Jika uji coba virus pembunuh kanker pada manusia berhasil seperti yang telah dilakukan pada hewan, maka pengobatan ini akan menjadi terapi virus onkolitik kedua yang disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk kanker.
Sebelumnya, sudah ada obat yang diketahui dapat digunakan dalam pengobatan kanker kulit. Obat tersebut bernama Talimogene laherparepvec (T -VEC) yang merupakan modifikasi dari virus herpes simpleks.