Pengamat: Perempuan Harus Paham Dunia Politik, Jangan Hanya Sebagai Pelengkap Kuota 30 Persen

Samro Himtihani Nasution (39), perempuan asal Pematang Siantar, Sumatra Utara yang juga bakal calon anggota legislatif (bacaleg) dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). (Foto:PARBOABOA/Halima)

PARBOABOA, Pematang Siantar - Pengamat Politik Sumatra Utara, Dadang Darmawan Pasaribu mengingatkan kaum perempuan untuk memahami dunia politik Tanah Air.

Menurutnya, selama ini bakal calon anggota legislatif (bacaleg) perempuan muncul bukan karena keinginan mereka sendiri, tapi karena syarat kuota 30 persen agar partai politik lolos sebagai peserta pemilihan umum (pemilu) legislatif. Sehingga, kata Dadang, banyak bacaleg perempuan yang tidak serius mengikuti proses demokrasi itu.

"Bahkan ada yang tidak memiliki pendidikan politik, tidak ada pegangan sebagai perempuan yang bekerja untuk memberdayakan atau memperkuat diri mereka dan sebagainya," katanya kepada PARBOABOA, Jumat (7/7/2023).

Dadang juga menilai, bacaleg perempuan hadir hanya untuk memenuhi syarat pendaftaran bacaleg di setiap partai.

"Disertakannya bacaleg perempuan sebanyak 30 persen di setiap partai bertujuan untuk memajukan kaum perempuan agar tidak lagi terkena diskriminasi oleh kaum laki-laki," ungkapnya.

Dari segi kuantitas, lanjut Dadang, tidak ada peningkatan bacaleg perempuan di berbagai tingkatan pemilihan jika dibandingkan periode sebelumnya, meski hampir semua partai saat ini kesulitan memenuhi kuota bacaleg perempuan.

"Bahkan kebanyakan partai memberlakukan recruitment perempuan ini dengan iming-iming. Seperti difasilitasi dari partai tersebut. Hanya untuk bisa mendapatkan bacaleg perempuan untuk partai itu," katanya.

Selain itu, bacaleg perempuan juga kerap dihadapkan dengan berbagai paradigma, seperti mengeluarkan banyak biaya hingga sulitnya aspirasi mereka diakomodir oleh laki-laki.

"Bukan karena mereka anti-politik. Tapi yang sebenarnya mereka sudah membayangkan jika masuk ke dalam dunia politik ini harus mengeluarkan banyak biaya. Hal itu alasan mengapa banyak perempuan yang menghindari atau selalu mundur dan tidak ada keinginan berpolitik," jelas Dadang.

Sementara jika ada perempuan yang berhasil mendapat kursi, itu karena sejak awal perempuan itu sudah memahami pendidikan politik atau jiwanya sudah menyatu dengan politik. Namun jumlah perempuan seperti itu bisa dihitung atau tidak banyak.

"Seharusnya dengan kuota yang sudah ditetapkan, semestinya perempuan kita sudah punya peluang. Tapi kelihatannya malah tidak ada. Perempuan banyak tidak mau berpolitik karena tau biaya berpolitik itu sangat mahal. Mereka tidak punya uang yang bisa membantu mereka tetap di dalam politik. Itulah yang sampai sekarang masih menjadi persoalan," kata Dadang.

Sebelumnya, salah seorang bacaleg perempuan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Pematang Siantar, Samro Himtihani Nasution (39) ingin peran perempuan di dunia politik semakin terakomodir. Hal itu yang membuatnya maju sebagai bacaleg untuk pemilihan legislatif 2024.

Samro juga berkeinginan membangun jiwa dan pemikiran perempuan di Pematang Siantar untuk maju dan tidak melulu tentang pekerjaan rumah tangga.

“Di zaman sekarang ini, perempuan sudah sangat maju, hampir setara dengan laki-laki. Namun masih ada juga perempuan yang masih mengalami ketertinggalan. Tujuan saya, saya ingin meningkatkan derajat perempuan yang masih tertinggal. Walaupun sebenarnya kesetaraan gender laki-laki dan perempuan tidak bisa disamakan,” jelasnya.

Ia juga yakin bacaleg perempuan, terutama generasi muda memiliki ide-ide yang menarik dan inovatif.

Senada dengan Samro, bacaleg perempuan lain yang bertarung untuk tingkat DPRD Kota Pematang Siantar, Gina (53) mengatakan ingin memajukan dan mensejahterakan perempuan di Kota Pematang Siantar, jika ia terpilih menjadi wakil rakyat.

Apalagi belakangan, kata dia, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan kekerasan seksual dengan perempuan sebagai korban marak terjadi di Indonesia, termasuk di Pematang Siantar.

"Karena walaupun banyak perempuan independent (mandiri), namun masih banyak juga perempuan yang tertindas. Sehingga kesetaraan gender perlu lebih ditegakkan untuk membangun pola pikir perempuan agar lebih berani dan maju. Termasuk membangun kreatifitas perempuan untuk lebih berani," pungkas bacaleg dari PKB ini.

Editor: Kurnia
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS