PARBOABOA, Jakarta – Presiden El Salvador, Nayib Bukele, baru-baru ini merilis video tentang ratusan tahanan yang dipindahkan ke Penjara Terorisme Terbesar baru negara tersebut, yang bernama Terrorism Confinement Center.
Penjara ini dibangun tahun lalu dan baru rampung tahun ini. Saking besarnya, penjara tersebut diklaim sebagai penjara terbesar di Amerika, karena mampu menampung hingga 40.000 tahanan. Penjara super besar itu dikhususkan untuk menahan para gangster, yang kebanyakan ditangkap saat masa darurat memerangi kriminal.
Menurut Bukele, para gangster yang ditahan oleh pemerintahan sebelumnya memiliki akses terhadap prostitusi, PlayStation, layar, telepon genggam dan komputer di penjara-penjara lainnya.
"Ini akan menjadi rumah baru mereka, di mana mereka tidak akan dapat membahayakan penduduk lagi," tulis Presiden Nayib Bukele di Twitter, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (9/3/2023).
Menteri Pekerjaan Umum Romeo Rodriguez menambahkan bahwa kompleks penjara raksasa yang dibangun di area pedesaan terpencil di dekat Tecoluca, yang berjarak 76 kilometer sebelah tenggara ibu kota San Salvador itu, memiliki luas 166 hektare.
Penjara ini terdiri dari delapan bangunan, masing-masing memiliki 32 sel dengan ukuran sekitar 100 meter persegi untuk menampung lebih dari 100 tahanan. Setiap sel hanya memiliki dua wastafel dan dua toilet. Penjara ini akan dijaga oleh 600 tentara dan 250 polisi sepanjang hari dan malam.
Video pemindahan para narapidana ke penjara baru ini mendapat pujian dari kelompok sayap kanan di Amerika. Bagi banyak penggemar Bukele, langkah ini adalah pembenaran untuk memerangi kejahatan di negara itu.
Namun bagi aktivis hak asasi manusia dan kelompok pro-demokrasi, hal ini justru menegaskan bahwa ada krisis demokrasi di El Savador. Keamanan negara dipandang terlalu diprioritaskan, dibandingkan hak konstitusional di tengah keadaan darurat.