Penyakit ADHD Adalah: Ini Penjelasan, Penyebab dan Gejalanya

Ilustrasi penyakit ADHD adalah (Foto: Freepik)

PARBOABOA - Apa itu ADHD? Pertanyaan ini mungkin akan muncul di tengah masyarakat yang masih asing terhadap isu kesehatan mental.

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, yang dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai Gangguan Defisit Perhatian dan Hiperaktivitas.

Ini adalah gangguan neurobehavioral yang umumnya muncul pada masa kanak-kanak, meskipun dapat bertahan hingga masa remaja dan dewasa.

Orang yang mengalami ADHD biasanya memiliki kesulitan dalam mempertahankan perhatian, mengatur impuls, dan mengelola energi yang berlebihan atau hiperaktivitas.

Nah, di artikel kali ini Parboaboa akan membahas lebih rinci apa itu ADHD mulai dari penyebab, gejala, hingga cara pengobatannya. Selengkapnya, simak sampai habis ya!

Apa Itu ADHD?

Ilustrasi (Foto: Freepik)

Seperti yang sudah disebutkan diatas, Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau biasa dikenal dengan ADHD adalah kondisi ketika terjadinya gangguan perkembangan saraf yang berpengaruh pada motorik (gerakan) seseorang.

Penyakit ADHD adalah gangguan mental yang kerap kali dialami oleh anak-anak. Biasanya, tanda seseorang mengalami ADHD adalah sulit fokus atau memusatkan perhatian, impulsif, serta hiperaktif.

Gangguan penyakit ADHD adalah dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:

  • Dominan inatentif: pengidap ADHD kelompok ini akan kesulitan untuk fokus dan memusatkan perhatiannya terhadap satu hal.
  • Dominan hiperaktif-impulsif: pengidap ADHD kelompok ini akan bertindak hiperaktif dan impulsif (berbuat tanpa memikirkan dampaknya).
  • Kombinasi inatentif dan hiperaktif-impulsif: merupakan gabungan dari dua kelompok ADHD lainnya.

Penyebab ADHD

Sementara itu, penyebab ADHD belum diketahui secara pasti. Namun, penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko anak terkena ADHD, antara lain faktor genetik dan lingkungan. ADHD juga diduga berkaitan dengan gangguan pada pola aliran listrik otak atau gelombang otak.

Ada pula yang menganggap bahwa gangguan perilaku hiperaktif pada anak disebabkan oleh sugar rush atau konsumsi gula berlebihan. Namun, hal ini belum terbukti benar.

Gejala ADHD

Ilustrasi (Foto: Freepik)

Melansir KidsHealth, ada beberapa gejala atau tanda seseorang mengidap ADHD: Anak-anak dengan ADHD dapat menunjukkan tanda-tanda di salah satu atau semua area berikut:

1. Mudah Teralihkan Perhatiannya

Salah satu gejala penyakit ADHD adalah mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian, berkonsentrasi, dan mengerjakan tugas.

Mereka mungkin tidak mendengarkan arahan dengan baik, melewatkan detail penting, dan tidak menyelesaikan apa yang telah mereka mulai.

Selain itu, anak dengan ADHD mungkin melamun atau terlalu banyak membuang waktu. Mereka akan tampak linglung atau pelupa, dan kehilangan jejak.

2. Hiperaktif

Anak dengan penyakit ADHD adalah cenderung hiperaktif, mudah gelisah, dan bosan. Mereka mungkin kesulitan duduk diam, atau tetap diam saat dibutuhkan.

Mereka mungkin terburu-buru dalam melakukan sesuatu dan membuat kesalahan yang ceroboh. Tanpa disengaja, mereka mungkin bertindak dengan cara yang mengganggu orang lain.

3. Impulsif

Anak dengan ADHD sering kali bertindak terlalu cepat sebelum berpikir. Mereka sering menyela, mungkin mendorong atau meraih, dan sulit menunggu.

Mereka mungkin melakukan sesuatu tanpa meminta izin, mengambil sesuatu yang bukan miliknya, atau bertindak dengan cara yang berisiko.

Selain itu, orang dengan ADHD mungkin memiliki reaksi emosional yang tampaknya terlalu kuat untuk situasi tersebut.

Meski demikian, penting untuk tidak terburu-buru mendefinisikan tanda-tanda di atas sebagai ADHD. Diagnosis harus dilakukan dengan ahli melalui sejumlah pemeriksaan.

Bagaimana Cara Mengobati Penyakit Ini?

Ilustrasi (Foto: Freepik)

Berdasarkan penelitian, terapi perilaku dan obat-obatan dapat mengatasi gejala ADHD. Kombinasi dari dua cara itu bekerja paling baik di sebagian besar orang, khususnya mereka yang mengidap ADHD sedang hingga parah.

1. Terapi

Terapi merupakan perilaku dilakukan untuk mengatur gejala dari kondisi tersebut. American Academy of Pediatrics menjelaskan bahwa cara ini lebih sesuai bagi anak-anak berusia di bawah 6 tahun.

Jenis terapi pertama yang umum dilakukan adalah psikoterapi. Terapi ini membantu anak memahami perasaan dan pikirannya terkait kondisi yang ia alami.

Anak juga akan belajar membuat keputusan baik dalam hubungan, sekolah, maupun kegiatannya.

Terapis, orangtua, anak, dan guru akan bekerja sama dalam memantau serta memperbaiki kebiasaan anak. Hasilnya, anak mampu menghadapi berbagai situasi dengan respons yang tepat.

2. Obat

Obat bisa meningkatkan konsentrasi dan fokus anak dengan ADHD. Namun, tentu ada banyak hal perlu Anda pertimbangkan sebelum memberikan banyak obat kepada anak.

Kendati begitu, dianjurkan untuk tetap berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan jenis obat yang anak Anda butuhkan.

Pencegahan

Faktor risiko utama penyakit ADHD adalah genetik yang berada di luar kendali karena berkaitan dengan riwayat keluarga atau keturunan.

Meski begitu, bukan berarti tak ada upaya pencegahan yang bisa dilakukan atau setidaknya meminimalkan risiko. Misalnya:

  • Saat hamil, ibu harus menghindari aktivitas atau zat yang bisa membahayakan tumbuh kembang bayi, seperti minuman beralkohol, rokok, dan narkoba.
  • Melindungi anak dari polutan dan bahan beracun, seperti cat timbal dan asap rokok.

Demikianlah informasi mengenai apa itu ADHD yang perlu diketahui. Deteksi dan intervensi dini dapat membantu mengurangi tingkat keparahan gejala anak Anda serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.

Editor: Wanovy
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS