PARBOABOA, Jakarta - Iduladha, ibadah kurban Umat Muslim dunia dirayakan dengan penuh keprihatinan di Gaza, Palestina.
Perang dengan Israel yang masih mencekam membuat masyarakat setempat tidak dapat berkunjung ke rumah-rumah tetangga dan berkumpul bersama keluarga. Semua masih berduka.
Fikri Rofiul Haq, seorang Relawan Medical Emergency Rescue Comittee (MER-C) asal Indonesia dalam sebuah keterangan pada Senin, (17/6/2024) melukiskan situasi yang memprihatinkan tersebut.
Kata dia, masyarakat di sana menunaikan Shalat Iduladha di atas puing-puing Masjid yang hancur-berantakan akibat pemboman oleh Israel. Bahkan Israel tidak menghentikan serangan di hari raya Iduladha.
"Mereka shalat di puing reruntuhan dan itupun membahayakan mereka rawan serangan karena tidak ada gencatan senjata, tidak ada jeda kemanusiaan," kata Fikri.
Tak hanya itu, Rakyat Gaza juga tidak dapat menikmati daging kurban karena pintu perbatasan dengan Mesir ditutup sejak serangan militer Israel ke Rafa pada Mei lalu. Kondisi ini, sebut Fikiri "membuat tidak ada pasokan hewan kurban."
Sementara itu, dalam pernyataan pada Sabtu (15/6/2024), Badan PBB untuk pengungsi Palestina atau yang dikenal UNWRA menjelaskan kondisi Kesehatan anak-anak yang juga memprihatinkan di daerah konflik.
Dalam temuan badan ini, tercatat ada 50 ribu lebih anak-anak yang menderita karena kekurangan Gizi. Dan yang mengkhawatirkan akses bantuan untuk pengungsi masih dibatasi oleh militer Israel.
Malansir Aljazeera, Minggu (16/6/2024), Jubir UNICEF, James Elder mengatakan para penyalur bantuan ke Gaza banyak yang terbunuh selama perang.
UNICEF, kata Elder, pada Rabu (12/6/2024) UNICEF mengirimkan truk yang berisi bantuan nutrisi dan medis untuk 10 ribu anak di Gaza namun tidak diberi akses.
"10.000 anak tersebut tidak mendapatkan bantuan tersebut," kata Elder sambil menegaskan Israel mempunyai tanggung jawab hukum memfasilitasi bantuan tersebut.
Dia juga mengkonfirmasi ditutupnya penyeberangan darat utama di Rafah oleh pasukan Israel sejak merebut wilayah tersebut awal bulan lalu. Langkah ini, tambahnya, akan semakin meningkatkan kekhawatiran akan kelaparan di Gaza selatan dan tengah.
Kondisi yang memprihatinkan di Gaza terus mendapat perhatian serius masyarakat dunia.
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman mengutuk kejahatan kemanusian yang tak pernah putus sekaligus mendesak komunitas internasional segera mengakui kemerdekaan Palestina.
Hal ini ia sampaikan di Mina ketika mewakili Raja Salman menerima tokoh-tokoh dari sejumlah negara yang menuaikan ibdah haji tahun ini.
"Hal ini akan memungkinkan rakyat Palestina untuk mendapatkan hak sah mereka dan membuka jalan bagi perdamaian yang komprehensif dan adil," tegasnya melansir Saudi Press Agency (SPA), Selasa (18/6/2024).
Selain itu ia meminta masyarakat dunia mengambil tindakan yang dapat melindungi warga Gaza, Palestina. Ia sendiri mengutuk serangan terhadap rakyat Gaza saat perayaan Iduladha dan menyebutnya sebagai "kejahatan keji."
Editor: Gregorius Agung