PARBOABOA, Medan – Rilis data pertumbuhan ekonomi China merealisasikan angka yang lebih rendah dari ekspektasi.
Di kuartal kedua secara tahunan (year on year) ekonomi China hanya tumbuh 4.7 persen, lebih rendah dari ekspektasi 5.1 persen. Rilis data tersebut membuat kinerja bursa di Asia banyak ditransaksikan di zona merah.
Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan percobaan pembunuhan oleh calon presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, disinyalir memicu terjadinya pelemahan bursa di Eropa pada sesi pembukaan perdagangan.
Para pelaku pasar juga tengah menantikan bagaimana respon brsa saham di AS pasca insiden penembakan tersebut.
Kabar buruk ternyata tidak hanya berhenti di situ, neraca perdagangan Republik Indonesia (RI) sekalipun surplus, namun realisasinya masih lebih rendah dibandingkan ekspektasi. Surplus neraca dagang RI pada bulan Juni hanya sebesar 2.39 miliar US Dollar.
Menurut Gunawan Benjamin, kabar buruk tersebut telah menekan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan mata uang Rupiah pada perdagangan hari ini.
IHSG ditutup melemah 0.66 persen di level 7.278,86. Sementara mata uang Rupiah yang disesi pembukaan perdagangan cenderung menguat terhadap US Dollar, berbalik arah dan ditutup melemah di level 16.165 per US Dollar.
“Pasar keuangan tanah air saat ini kembali dihantui kemungkinan koreksi yang bisa terjadi pada perdagangan selanjutnya,” ujar Gunawan Benjamin kepada PARBOABOA, Senin (15/07/2024).
Gunawan Benjamin menambahkan, ada banyak sentimen negatif. Ditambah lagi pelaku pasar menantikan pidato Gubernur Bank Sentral AS yang bisa saja menekan kinerja pasar keuangan domestik di sesi perdagangan selanjutnya.
Ketidakpastian juga semakin bertambah, seiring dengan rapat pleno ketiga partai penguasa di China yang akan dilangsungkan selama empat hari.
Sementara itu, harga emas ditransaksikan relatif stabil dengan kecenderungan menguat pada perdagangan hari ini.
Harga emas ditransaksikan di 2.412 US Dollar per ons troy. Pelaku pasar komoditas juga tengah menanti bagaimana respon pasar terhadap percobaan pembunuhan yang terjadi di AS.
Jika dirupiahkan, harga emas ditransaksikan naik di kisaran level 1.26 juta per gram nya.
Sebelumnya, Gunawan Benjamin mengatakan China akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal kedua, ekspektasinya mengalami perlambatan menjadi 5.1 persen year on year dibandingkan kuartal sebelumnya 5.3 persen year on year.
Selanjutnya, ada rilis data neraca dagang RI pada bulan Juni yang diproyeksikan membaik dari bulan Mei sebesar 2.93 miliar US Dollar.
Kemudian, dijadwalkan akan ada pidato Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell pada perdagangan awal pekan di AS.
Pada perdagangan besok ada penjualan ritel AS bulan Juni yang diproyeksikan tidak akan mengalami pertumbuhan.
“Disusul kebijakan penetapan bunga acuan Bank Indonesia pada perdagangan hari Rabu. Dan pada perdagangan jelang tutup akhir pekan, kinerja pasar keuangan tidak lagi dibanjiri oleh agenda ekonomi penting,” papar Gunawan Benjamin.
Dalam sepekan ke depan, pelaku pasar akan kembali dibayangi sejumlah sentimen yang kembali menuntut kewaspadaan tinggi.
Pada sesi perdagangan awal pekan ini, IHSG ditransaksikan bergerak mendatar di kisaran 7.330 dengan bergerak di dua zona yang berbeda.
“Dalam sepekan ke depan IHSG berpeluang bergerak dalam rentang 7.250 hingga 7.370,” tambahnya.
Sementara itu, kinerja mata uang Rupiah juga bergerak sideways di sesi awal perdagangan pekan ini.
Sedangkan mata uang Rupiah ditransaksikan di kisaran 16.140 per US Dollar, dengan kecenderungan menguat sejauh ini.
Pekan ini mata uang Rupiah bisa saja mendapatkan dorongan penguatan, mengingat sejumlah agenda ekonomi yang relatif mendukung penguatan Rupiah.
Seperti ekspektasi rilis data neraca perdagangan yang membaik, ditambah dengan kebijakan Bank Indonesia yang akan mempertahankan besaran bunga acuannya.
Mata uang Rupiah berpeluang ditransaksikan dalam rentang 16.070 hingga 16.200 dalam sepekan ke depan. Di sisi lain, harga emas sejauh ini masih ditransaksikan stabil di kisaran 2.410 US Dollar per ons troy nya.
Editor: Fika