PARBOABOA, Jakarta - Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) melalui pernyataan resminya mengaku bertanggung jawab atas serangan udara di Sana'a, ibu kota Yaman, pada Sabtu (21/12/2024) malam.
Menurut pihak CENTCOM, serangan presisi itu ditujukan ke gudang penyimpanan rudal serta pusat komando dan kendali kelompok Houthi (Ansarullah).
Mengutip laporan dari Antara, CENTCOM menyampaikan bahwa tujuan utama serangan tersebut adalah menghentikan dan mengurangi ancaman terhadap kapal perang di Laut Merah.
Selain itu, pasukan AS juga dilaporkan berhasil menembak jatuh sejumlah pesawat nirawak dan rudal jelajah antikapal di atas Laut Merah.
Sebelumnya, ledakan dahsyat dilaporkan mengguncang beberapa kawasan di Sana'a. Beredar pula kabar simpang siur yang menyebutkan bahwa Israel mungkin menjadi pelaku serangan.
Berdasarkan infromasi dari beberapa sumber, wilayah Atan di barat daya Sana'a menjadi sasaran pengeboman pada Sabtu malam.
Beberapa media Yaman bahkan mengabarkan bahwa pesawat tempur Israel terlihat di langit Sana'a.
Namun, pihak militer Israel membantah terlibat dan menegaskan serangan tersebut bukanlah tindakan mereka. Sejumlah sumber menduga bahwa Amerika Serikatlah yang melakukan aksi pengeboman itu.
Hingga kini, belum ada informasi resmi mengenai lokasi tepat yang diserang, besaran kerusakan, maupun jumlah korban.
Meski demikian, seorang analis militer di saluran televisi Israel Kan sempat mengungkapkan bahwa Israel sedang bersiap melakukan serangan lain ke Yaman.
Sementara itu, media Israel sebelumnya melaporkan bahwa Yaman telah menembakkan rudal ke arah wilayah Jaffa (Tel Aviv), sehingga menyebabkan sirene peringatan berbunyi dan melukai 18 orang.
Disebutkan pula bahwa pertahanan udara Israel gagal menahan rudal hipersonik yang diluncurkan dari Yaman.
Menurut surat kabar Ma'ariv, hingga kini tentara Yaman telah menembakkan lebih dari 200 rudal dan 170 pesawat nirawak ke berbagai sasaran Israel sejak konflik di Gaza meletus pada Oktober 2023.