Polusi Udara Tingkatkan Risiko Serangan Jantung dan Kanker Paru-Paru, Bagaimana Cara Lindungi Diri?

Hasil rontgen yang memperlihatkan kanker paru-paru pada tubuh manusia (Foto: siloamhospitals.com)

PARBOABOA, Jakarta - Penyakit jantung dan kanker paru-paru umumnya disebabkan oleh pola hidup buruk, khususnya konsumsi rokok dan makanan yang tidak sehat. 

Namun demikian, sebuah penelitian terbaru membuktikan bahwa paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. 

Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan di Eka Hospital BSD, Astri Indah Prameswari, mengungkapkan bahwa partikel-partikel kecil dalam udara yang tercemar juga dapat memicu kanker paru-paru. 

Polusi udara tidak hanya berdampak pada kesehatan jantung, tetapi juga memperburuk penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). 

Astri menjelaskan, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bisa menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia dan gangguan pada pembuluh darah yang dapat mempengaruhi fungsi jantung.

Pantauan IQAir terkait kualitas udara di Jakarta pada 3 Juli 2024 lalu, misalnya memperlihatkan tingkat polusi yang sangat tinggi dengan indeks 209 dan konsentrasi polutan PM 2,5 sebesar 134 mikrogram per meter kubik. 

Angka ini 26,8 kali lebih tinggi dari panduan kualitas udara tahunan yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

Dengan angka demikian, Jakarta mencatat kualitas udara terburuk di Indonesia, diikuti oleh Tangerang Selatan dan Medan. 

Tingginya polusi udara dapat memicu ISPA yang jika tidak ditangani dapat berkembang menjadi penyakit yang lebih parah.

Langkah-langkah Pencegahan

Untuk menghindari dampak buruk polusi udara, masyarakat dianjurkan untuk menggunakan masker yang menutupi hidung dan mulut saat bepergian ke luar rumah. 

Astri menekankan pentingnya mengganti masker secara berkala apabila sudah lembab, basah, atau kotor. 

Selain itu, menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan setelah bepergian atau beraktivitas di luar ruangan sangat dianjurkan. 

Hal ini disebabkan karena kuman dan bakteri mudah menempel pada tangan dan tubuh manusia.

Di samping beberapa hal praktis tersebut, kebiasaan menggunakannya hand sanitizer dan mencuci pakaian setelah aktivitas merupakan langkah penting untuk mencegah infeksi. 

Astri juga menyarankan untuk rutin membersihkan rumah minimal dua kali sehari guna menghindari tumpukan debu yang dapat memperburuk kualitas udara dalam ruangan. 

Dengan memahami dan mengimplementasikan langkah-langkah pencegahan ini, risiko kesehatan akibat polusi udara dapat diminimalisir.

Mengenal Penyakit Kanker Paru-Paru dan Jantung

Kanker paru-paru adalah penyakit yang dimulai dari jaringan paru-paru sebagai organ utama dalam sistem pernapasan manusia. 

Menurut laman Siloam Hospital, salah satu penyebab utama kanker paru-paru adalah kebiasaan merokok. 

Di Indonesia, kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling sering ditemukan. 

Bahkan secara global, penyakit ini menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada pria.

Kanker paru-paru, atau lung cancer, terjadi ketika sel-sel kanker tumbuh secara tidak terkendali dalam paru-paru. 

Penyakit ini biasanya berkembang perlahan dan sering tidak menunjukkan gejala pada tahap awal.

Kanker paru-paru dapat dibedakan berdasarkan asal mula perkembangannya, antara lain Kanker Paru Primer dan Kanker Paru Sekunder.

Kanker Paru Primer adalah kanker yang dimulai dan tumbuh di dalam paru-paru manusia.

Sedangkan Kanker Paru Sekunder merupakan kanker yang berkembang di paru-paru sebagai akibat penyebaran dari bagian tubuh lain.

Selain itu, berdasarkan lokasi pertumbuhan sel, kanker paru-paru dapat dibagi menjadi dua jenis utama:

1. Kanker Paru Non-Sel Kecil (NSCLC) yang mencakup Adenokarsinoma, Karsinoma Sel Skuamosa, dan Karsinoma Sel Besar. 

NSCLC adalah jenis kanker paru-paru yang paling umum, mencakup hampir 87% dari total kasus.

2. Kanker Paru Sel Kecil (SCLC) dikenal karena penyebarannya yang cepat dan lebih sering dialami oleh perokok berat, perokok pasif, serta mereka yang sering terpapar polutan.

Sementara penyakit jantung merujuk pada berbagai kondisi yang mempengaruhi fungsi normal jantung. 

Menurut Kementerian Kesehatan, penyakit jantung meliputi penyakit jantung koroner, gagal jantung, aritmia, dan penyakit jantung bawaan. 

Keadaan ini mengganggu kemampuan jantung dalam memompa darah secara efisien sehingga menyebabkan masalah sirkulasi darah dan berpotensi mengancam kesehatan.

Beberapa faktor risiko umum yang dapat menyebabkan penyakit jantung meliputi kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, kebiasaan merokok, diabetes, obesitas, kurang aktivitas fisik, riwayat keluarga dan stres.

Umumnya, gejala penyakit jantung bervariasi tergantung pada jenisnya, beberapa gejala umum termasuk nyeri atau ketidaknyamanan di dada (angina), sesak napas, serta kelelahan berlebihan.

Gejala lain terlihat dari keseringan pusing atau pingsan, pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki, detak jantung tidak teratur, dan nyeri di bagian atas perut, punggung, atau lengan.

Proses diagnosis penyakit jantung melibatkan wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan tes penunjang seperti EKG, echocardiogram, atau angiografi koroner

Pengobatan penyakit jantung bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan, meliputi:

a. Perubahan Gaya Hidup: Berhenti merokok, menjaga berat badan sehat, pola makan seimbang, olahraga teratur, dan mengelola stres.

b. Obat-obatan: Seperti aspirin, beta-blocker, statin, atau anti-koagulan.

c. Prosedur Medis: Seperti angioplasti koroner, pemasangan stent, atau operasi bypass jantung.

d. Terapi Rehabilitasi Jantung: Program latihan terapeutik, pendidikan kesehatan, dan dukungan psikososial.

Dengan memahami penyebab, gejala, dan pengobatan kedua penyakit ini, publik dapat mengambil langkah-langkah preventif dan menjaga kesehatan jantung dan paru-paru dengan lebih baik.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS