Presiden Korea Selatan Janji Bakal Rombak Sistem Kepolisian Usai Insiden Itaewon

Presiden Korea Selatan Janji Bakal Rombak Sistem Kepolisian Usai Insiden Perayaan di distrik Itaewon (Foto: CNN Indonesia)

PARBOABOA, Jakarta - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berjanji bakal merobak besar-besaran institusi polisi Negeri Ginseng usai Insiden perayaan Halloween di distrik Itaewon yang menewaskan 156 orang.

Rencana reformasi itu, dia menerangkan saat menggelar rapat penyelidikan sistem keamanan nasional di kantor kepresiden Yongsan pada Senin (7/11/2022).

"Secara khusus, reformasi ekstensif diperlukan dalam pekerjaan polisi, yang paling penting untuk mempersiapkan mengantisipasi bahaya dan mencegah kecelakaan, untuk melindungi keselamatan rakyat," ujar Yoon.

Kemudian, Yoon mengatakan pihak berwenang akan memastikan penyelidikan terkait insiden akan dilakukan secara menyeluruh.

Selain itu, dia juga bersumpah bakal sepenuhnya mengungkapkan proses ke publik.

Yoon berjanji akan menghukum berat pejabat yang bertanggungjawab dan terbukti bertindak ceroboh dalam menangani kerumunan massa perayaan Halloween di Itaewon itu.

"Kami akan secara ketat meminta pertanggungjawaban orang-orang yang bertanggung jawab sesuai dengan hasil (penyelidikan)," terang Yoon.

Sebelumnya, Yoon juga menyampaikan permintaan maaf dan meninjau aturan keselamatan, karena hingga kini menurutnya negara terus berduka atas ratusan korban. Saat ini investigasi terus dilakukan untuk mengetahui tanggapan pihak berwenang atas insiden tersebut.

"Saya minta maaf dan sangat meminta maaf kepada keluarga yang berduka dan menderita atas tragedi yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata ini," tutur Yoon.

Namun, sejumlah pihak menilai permintaan maaf orang nomor satu di Korea itu terlambat.

Korsel tengah berduka usai 156 orang tewas dalam tragedi Itaewon pada 29 Oktober lalu. Insiden ini memicu banyak warga geram terhadap polisi karenaa mereka tidak cepat menangani kerumunan tersebut.

Pemerintah Seoul juga panen kecaman karena tidak mempunyai manajemen risiko terkait kerumunan besar yang tidak teroganisir.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS