PARBOABOA, Jakarta – Promosi pariwisata Indonesia rupanya tak hanya berhenti di dalam negeri, tetapi juga perlu menembus kancah global.
Beberapa tahun terakhir, pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) cukup gencar melakukan terobosan dalam memperkenalkan destinasi wisata berskala internasional.
Teranyar, promosi pariwisata itu dilakukan KBRI Lisabon, Portugal, dalam acara Bolsa de Turismo de Lisboa (BTL) 2024 di Feira Internacional de Lisboa pada Rabu (28/2/2024) lalu.
KBRI Lisabon sendiri menggandeng sejumlah stake holder dalam negeri, seperti Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jakarta, dan Dinas Pariwisata Banyuwangi.
Rudy Alfonso, Duta Besar Indonesia untuk Portugal, mengungkapkan keterlibatan KBRI dalam ajang tahunan BTL 2024 merupakan langkah strategis untuk mempromosikan Indonesia sebagai top of mind destinasi wisata kepada masyarakat Eropa.
Selain itu, partisipasi KBRI Lisabon juga, kata dia, bertujuan meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
“Antusiasme pengunjung di booth Indonesia mencerminkan minat yang kuat dari masyarakat Portugal dan sekitarnya terhadap Indonesia,” ungkapnya seperti dikuti PARBOABOA dari situs Kemenlu, Kamis (7/3/2024).
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), wisatawan Portugis yang datang ke Indonesia pada 2023 mencapai 32.029 orang.
Acara BTL 2024 diharapkan mampu memberikan efek positif terhadap intensitas kunjungan wisatawan.
“Trend positif ini akan terus berlanjut ke depan,” harapnya.
BTL merupakan salah satu pameran pariwisata tahunan terbesar di Semenanjung Iberia. Ada 75 negara berpartisipasi dalam pameran dan diikuti oleh setidaknya 63.000 orang.
Semenanjung Iberia, yang mencakup Portugal, Spanyol, serta sebagian wilayah Perancis dan Andorra, merupakan salah satu kawasan paling padat di Eropa sehingga potensi wisatawan serta peluang kerja sama dengan komunitas bisnis sangat besar.
Kawasan ini memiliki jumlah penduduk lebih dari 57 juta jiwa yang terletak di barat daya Eropa.
Pengembangan Pariwisata 2024
Sementara di dalam negeri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) telah mencanangkan Karisma Event Nusantara (KEN) 2024 sebagai salah satu program unggulan.
Untuk diketahui KEN merupakan salah satu strategi kolaborasi Kemenparekraf dengan daerah melalui penyelenggaraan event berkualitas yang bertujuan untuk mempromosikan destinasi pariwisata dan ekonomi kreatif, meningkatkan kunjungan wisatawan, pemberdayaan potensi lokal, serta memberikan dampak positif terhadap ekonomi,sosial budaya, dan lingkungan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Program KEN bertujuan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan event, sehingga memiliki daya saing di level nasional maupun internasional..
Ia berharap, KEN dapat meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke berbagai daerah di tanah air.
Adapun Program KEN 2024 diluncurkan secara resmi pada Sabtu, 27 Januari 2024, di Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
Menparekraf menjelaskan dalam program KEN tahun ini terdapat 110 event, yang terdiri dari 100 event unggulan dan top 10 event. “Jadi, kalau mau healing dengan harga murah yang bisa menghilangkan kepala pening, datanglah ke KEN untuk refreshing,” katanya.
Sementara itu, Ketua Pokja Strategi Promosi Event Daerah Kemenparekraf/Baparekraf, Eni Komiarti, menyampaikan bahwa pada tahun 2023, secara keseluruhan, program Karisma Event Nusantara (KEN) memberikan dampak positif terhadap pergerakan pariwisata dan ekonomi kreatif.
Ia mengatakan, pada KEN 2023, sebanyak 7,4 juta orang terlibat dengan melibatkan 11 ribu pelaku UMKM, 140 ribu pelaku seni, dan menyerap 36 ribu tenaga kerja.
Selain itu, jelasnya, ada 800 asosiasi dan komunitas dengan kontribusi sebesar Rp199,3 miliar untuk PDB dan perputaran uang yang ada di KEN 2023 mencapai Rp12,42 triliun.
Optimis Pariwisata Tumbuh
Pengamat Ekonomi, Benyamin Gunawan, mengapresiasi langkah pemerintah dalam usaha memaksimalkan pertumbuhan ekonomi dari sektor pariwisata.
Menurutnya, optimalisasi sumber daya alam yang ada untuk mendorong pertumbuhan ekonomi seyogyanya dilakukan secara terus-menerus.
Jangan selamanya bergantung pada industrialisasi komoditas unggulan tanah air. Namun, sumber pertumbuhan ekonomi baru, khususnya bidang pariwisata, perlu diciptakan sehingga fundamental ekonomi menjadi lebih kuat.
"Upaya yang dilakukan dalam ragam promosi di luar negeri merupakan upaya pengembangan kawasan wisata yang patut diapresiasi," kata Benyamin.
Upaya, katanya, akan lebih mendekatkan wisatawan mancanegara untuk lebih mengenal sejumlah destinasi wisata di tanah air. Targetnya, tingkat kunjungan wisatawan mengalami peningkatan, dan devisa menjadi motor penggerak ekonomi.
Ia mengatakan, soal seberapa efektif kebijakan tersebut tentunya tidak bisa dihitung secara instan. Justru, butuh investasi besar di awal sebagai sarana promosi, dan hasil atau dampaknya ke pusat wisata di sebuah wilayah baru akan dirasakan kemudian.
Lebih lanjut, ia mengatakan menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru di lokasi wisata memang bukan perkara mudah. Namun, kebijakan yang mendukung upaya untuk terus mengembangkan kawasan wisata harus dilakukan tanpa henti.
Karenanya, ia menyarankan ada peran pemerintah yang lebih luas dan signifikan dalam mendorong investasi di kawasan wisata selain promosi, untuk mengundang minat investor dan wisatawan lain datang ke objek wisata tersebut.
Ia mengakui sektor pariwisata memang belum menjadi motor penggerak utama ekonomi di tanah air. Namun, kalau berbicara ruang lingkup yang lebih kecil, sektor pariwisata memiliki peran besar bagi perekonomian daerah seperti Bali, Samosir, Labuan Bajo.
"Jadi, upaya untuk mendorong sektor pariwisata sebagai motor penggerak ekonomi masyarakat memiliki peluang yang besar. Mengingat sektor wisata di beberapa wilayah tertentu pertumbuhannya masih tertinggal dibandingkan dengan industrialisasi di sektor lainnya," katanya.
Menurutnya, pengembangan wilayah wisata dengan dorongan kebijakan fiskal, seperti infrastruktur, jelas alokasi anggarannya secara langsung juga akan berdampak pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Selain itu, setelah pembangunan infrastruktur selesai, maka ada manfaat atau efek multiplikasi dari pembangunan tersebut. Dan ini, yang tidak kalah penting sebenarnya, yaitu akselerasi pembangunan setelah investasi pada sarana fisik.
Ia mengatakan, banyak wisatawan yang berkunjung ke suatu objek wisata, bukan hanya melihat keindahan alam atau fasilitasnya saja. Lebih dari itu, atraksi yang ada juga menjadi salah satu pertimbangan.
Editor: Norben Syukur