Protes Hasil Pemilu Venezuela, 11 Tewas dan Ratusan Warga Ditangkap

Aksi protes menolak hasil pemilihan presiden yang dilayangkan masyarakat Venezuela di ibu kota Caracas. (Foto: Reuters/ Samir Aponte)

PARBOABOA, Jakarta - Masyarakat Venezuela turun ke jalan dan melakukan aksi unjuk rasa yang berujung ricuh, usai Nicolas Maduro kembali dinyatakan menang dalam pemilihan presiden (pilpres) di negara itu.

Pemimpin kontroversial itu disebut menang pemilu dan akan kembali memimpin Venezuela untuk periode 2025-2031, atau enam tahun ke depan.

Melansir Al Jazeera, demonstrasi terjadi di semua wilayah Venezuela. Mereka meneriakkan slogan-slogan kebebasan dan menentang hasil pemilu.

Di negara bagian Falcon, demonstran bahkan merobohkan patung mantan Presiden Venezuela, Hugo Chavez.

Beberapa pengunjuk rasa dilaporkan bentrok dengan petugas keamanan yang membubarkan aksi itu dengan menembakkan gas air mata dan peluru karet.

Sebanyak 11 orang tewas dan lebih dari 700 orang ditangkap. Militer setempat juga melaporkan satu anggotanya tewas dan puluhan lainnya luka akibat amukan massa aksi.

Massa berunjuk rasa memprotes hasil pemilihan pemilu usai Dewan Pemilihan Nasional (CNE) menyatakan Maduro terpilih kembali dan dipilih mayoritas masyarakat Venezuela.

Padahal, CNE belum merilis hasil penghitungan suara dari 30 ribu tempat pemungutan suara di seluruh negeri. 

Hal ini yang kemudian memicu ketegangan politik dan desakan transparansi hasil pemilu oleh masyarakat.

Apalagi perwakilan oposisi di Venezuela mengeklaim perhitungan yang mereka kumpulkan dari berbagai titik menunjukkan Edmundo Gonzalez Urrutia, calon mereka yang usung menang pemilu.

Namun, CNE membantah klaim dari perwakilan oposisi dan mengatakan Gonzalez gagal mengalahkan Maduro dengan perolehan suara 44,2%-51,2%.

Menanggapi aksi demonstrasi yang terjadi di seluruh negeri itu, Maduro lantas buka suara dan mengklaim bahwa ada upaya melakukan kudeta terhadap dirinya.

Sementara Gonzalez, rival Maduro menepis tuduhan tak berdasar itu dan menyerukan unjuk rasa damai di seluruh negeri.

Menurut Gonzalez, rakyat Venezuela dan seluruh dunia tahu apa yang terjadi di negara yang terletak di Selatan Amerika itu.

Unjuk rasa berdarah rakyat Venezuela ini juga memicu keprihatinan dunia internasional, mulai dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), negara sahabat hingga Uni Eropa (UE).

PBB turut berkomentar dan menyerukan transparansi penuh soal hasil pemilu.

Juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric menyebut Sekjen PBB yakin semua perselisihan pemilu akan ditangani dan diselesaikan secara damai.

Sekjen PBB juga menyerukan pemimpin politik di Venezuela dan pendukung mereka untuk bersikap Moderat.

Selain PBB, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell mengatakan pasukan keamanan Venezuela harus menjamin bahwa para demonstran dapat berkumpul dengan damai. 

Sedangkan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken menyampaikan kekhawatiran serius tentang hasil pemilu di Venezuela. 

Blinken menilai, hasil pemilu tidak mencerminkan keinginan rakyat Venezuela.

Sementara anggota delegasi pengamat Rusia, Alexey Volotskov menduga protes hasil pilpres di Venezuela dibiayai Amerika Serikat. 

AS diketahui memiliki kepentingan sendiri di Venezuela dan mensponsori oposisi negara itu.

Profil Nicolas Maduro

Pemimpin yang juga politikus di Venezuela, Nicolás Maduro Moros atau yang lebih dikenal sebagai Nicolas Maduro lahir pada 23 November 1962.

Ia menjabat sebagai Presiden ke-65 Venezuela sejak tahun 2013.

Sebelum menjadi Presiden, Maduro menjabat sebagai Menteri Luar Negeri selama 5 tahun, di bawah Presiden Hugo Chávez.

Melansir Wikipedia, Ia juga sempat menjadi sebagai Wakil Presiden Venezuela selama 1 tahun, mulai 2012 hingga 2013.

Di era Presiden Hugo Chavez, Maduro juga dikenal sebagai  administrator dan politikus yang paling cakap. Ia bahkan langsung diasumsikan sebagai penerus, setelah Chavez meninggal dunia pada 5 Maret 2013.

Sejak terpilih menjadi presiden, Maduro lebih banyak melanjutkan berbagai kebijakan Chávez yang menerapkan gaya kepemimpinan otoriter. 

Namun kebijakan tersebut malah menimbulkan penurunan status sosial ekonomi di Venezuela.

Tindak kejahatan, inflasi, kemiskinan dan kelaparan meningkat pesat di negara yang kaya akan potensi sumber daya alam itu. 

Kondisi itu juga menimbulkan aksi protes masyarakat Venezuela kala itu dan menjadi kerusuhan nasional pada 2016.

Venezuela juga dikenal sebagai negara yang memiliki minyak bumi dan gas alam dan sejumlah cadangan mineral lainnya seperti besi, bauksit, emas, dan berlian.

 

Editor: Kurniati
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS