PARBOABOA, Jakarta - Puluhan warga DKI Jakarta meninggal dunia karena penyakit Demam Berdarah (DBD) sejak Januari 2024 hingga bulan Juni tahun ini.
Hal itu diketahui berdasarkan data resmi milik Dinas Kesehatan DKI.
Ani Ruspitawati, Kepala Dinas instansi tersebut saat mengunjungi RSUD Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat (21/6/20224) mengatakan hingga saat ini telah ada 27 orang yang meninggal.
Puncak kasus DBD di Jakarta, tegas dia, ada di bulan April dimana sebanyak 3.164 orang terkena DBD. Di bulan Maret 2.200 orang dan di bulan Juni turun menjadi 622 orang.
Sebelumnya, Praktisi Kesehatan, Ngabila Salama mengatakan DBD telah menjadi endemi di seluruh Indonesia.
Setiap tahun katanya, termasuk di Jakarta, DBD selalu muncul dengan pola peningkatan yang konsisten terutama di musim hujan.
Terkait kenapa DBD rentan mengakibatkan kematian belakangan - menurut dia, hal itu disebabkan karena dua hal yaitu perilaku manusia dan cuaca ekstrem.
Bahkan perilaku manusia menjadi penyebab utama kematian karena tidak melakukan upaya pencegahan Pemberantasan Serangan Nyamuk (PSN) melalui metode 3M.
Metode 3M adalah menangkal serangan nyamuk dengan cara: menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air dan mendaur ulang berbagai barang yang punya potensi sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk.
Menurut Ngabila PSN 3M ini wajib dilakukan, tidak hanya di rumah tetapi juga di tempat-tempat lain seperti sekolah, kantor dan di fasilitas-fasilitas umum.
"Juga transportasi, pariwisata, rumah ibadah, dan tempat umum lainnya termasuk di taman, kebun kosong dan jalanan," pungkas Ngabila.
Tak hanya itu, ia menambahkan, Cuaca ekstrem juga menjadi faktor peningkatan kasus DBD. Terutama ketika musim kemarau yang diikuti dengan musim hujan dapat meningkatkan kemungkinan penyebaran penyakit ini.
Karena, demikian ia menegaskan, "telur nyamuk mudah menetas pada musim hujan, sementara kelembaban udara yang tinggi meningkatkan populasi nyamuk."
Upaya Pemprov DKI menekan kasus DBD
Ani Ruspitawati menyampaikan untuk menekan kasus DBD di DKI, pihaknya akan melakukan uji coba pelepasan nyamuk Aedes aegypti mengandung Wolbachia.
Wolbachia merupakan sebuah bakteri yang memiliki kemampuan untuk menonaktifkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, guna mengendalikan demam berdarah.
Ani menuturkan, dalam rencananya Dinkes menargetkan nyamuk berwolbachia bisa dilepas pada Juli mendatang. Namun semua itu, sebutnya, tetap bergantung kepada kesiapan masyarakat.
Fokus penyebaran nyamuk ini dilakukan di wilayah Jakarta Barat khususnya daerah Kembangan.
Ani menjelaskan wilayah tersebut dipilih sebagai lokasi penyebaran karena kasus DBD di wilayah itu cukup tinggi.
Nanti kalau berdasarkan hasil survei ada perubahan, nyamuk Aedes aegypti mengandung Wolbachia akan disebarkan di wilayah-wilayah lain di DKI.
Sebagai informasi, data Kemenkes tahun 2024 menunjukkan jumlah kasus DBD di seluruh Indonesia sebanyak 62.001 kasus.
Dari jumlah tersebut sebanyak 475 orang dinyatakan meninggal akibat virus dengue.
Kasus tertinggi ada di Provinsi Jawa Barat sebanyak 17.331 kasus DBD, Banten 5.877 kasus, Jawa Tengah 4.330 kasus dan Jawa Timur 3.638 kasus.
Adapun angka kematian akibat DBD: Jawa Tengah 105 kasus kematian, Jawa Timur 37 kasus kematian, Banten 24 kasus kematian dan Kalimantan Tengah 17 kasus kematian.