PARBOABOA, Washington - Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) disebut memiliki kepribadian psikopat. Hal itu disampaikan oleh Mantan pejabat intelijen Saudi, Saad Aljabri.
Dilansir New York Post, Rabu (13/7/2022), Aljabri merupakan penasihat dari Mohammed bin Nayef, keponakan dari Raja Arab Saudi Salman Abdulaziz al Saud. Tapi, MBS menghapus Nayef dari urutan takhta Kerajaan Saudi ketika melakukan pembersihan istana pada 2017 lalu.
"Saya ingin memperingatkan tentang seorang psikopat, pembunuh di Timur Tengah dengan sumber daya tak terbatas, yang mengancam keluarganya, warga Amerika, dan dunia," kata Aljabri dalam wawancara dengan CBS News dalam program 60 Minutes.
"Psikopat tanpa empati, tidak merasakan emosi, tidak pernah belajar dari pengalamannya. Dan kita telah menyaksikan kekejaman dan kejahatan yang dilakukan pembunuh ini," kata Aljabri lagi.
Aljabri pernah menjabat sebagai salah satu petinggi badan intelijen. Ia menerima gelar Ph.D di ilmu intelijen tiruan.
Namun demikian, ia berada di pihak yang tak disukai MBS, karena Nayef merupakan atasan langsungnya. Nayef adalah salah satu saingan MBS dalam memperebutkan takhta.
Melihat situasi yang semakin berbahaya, Aljabri kemudian pergi ke Kanada dan tak mau kembali ke Arab Saudi.
Sial baginya, MBS kemudian mengincar keluarganya. Kedua anaknya, Sarah dan Omar, kini dipenjara. Menantu Aljabri juga ditangkap pemerintah Saudi di negara ketiga dan dibawa kembali ke kerajaan.
Aljabri juga mengatakan bahwa MBS pernah memamerkan diri kepada Nayef bahwa ia bisa saja membunuh Raja Abdullah agar ayahnya, Raja Salman, naik takhta.
"Dan dia (MBS) mengatakan kepadanya (Nayef), 'saya ingin membunuh Raja Abdullah. Saya mendapatkan cincin beracun dari Rusia. Itu cukup untuk saya (membunuhnya), saya tinggal menjabat tangannya dan dia selesai,'" ujar Aljabri menirukan kalimat MBS.
Menanggapi hal itu, Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington melontarkan kecaman. "Saad Aljabri adalah mantan pejabat pemerintah yang dikucilkan," demikian pernyataan Kedubes Saudi.
"Ia memalsukan dan membuat pengalihan guna menyembunyikan kejahatan finansial senilai miliaran dolar demi gaya hidup mewahnya dan keluarga."
Pemerintah Saudi memang pernah menuduh Aljabri mencuri dana sebesar US$500 juta (Rp7,5 triliun) dari anggaran kontra-terorisme. Namun, tuduhan itu dibantahnya.
Aljabri mengaku memiliki harta karena melayani monarki kerajaan selama 20 tahun. Dan menurutnya keluarga kerajaan Saudi sangat baik dan dermawan.