Resahnya Eropa jika Rusia Hentikan Pasokan Gas

Negara-negara di Eropa khawatir jika Rusia bakal menutup pasokan gasnya. Euronews

PARBOABOA, Berlin - Pasokan gas ke Eropa bakal terhenti selama 10 hari ke depan karena pipa Nord Stream 1 sedang mengalami pemeliharaan tahunan mulai Senin (11/7/2022). 

Akan tetapi, pemerintah, pasar, dan perusahan-perusahaan di Eropa khawatir penghentian aliran gas kemungkinan diperpanjang karena perang di Ukraina. 

Nord Stream 1 merupakan pipa tunggal terbesar yang mengalirkan 55 miliar meter kubik gas Rusia ke Jerman melalui bawah Laut Baltik. 

Juni lalu Rusia memotong aliran gas hingga 40 persen dari total kapasitas pipa, dengan alasan keterlambatan pengembalian turbin yang diperbaiki oleh Siemens Energy Jerman di Kanada. 

Akhir pekan lalu Kanada mengatakan jika pihaknya bakal mengembalikan turbin yang diperbaiki dan memperluas sanksi bagi sektor energi Rusia. 

Eropa khawatir Rusia memanfaatkan pemeliharaan terjadwal sebagai dalih untuk membatasi pasokan gas lebih lanjut bagi Eropa. 

Jika hal itu benar adanya, rencana untuk mengisi penyimpanan musim dingin akan rusak, dan krisis gas di Eropa bakal semakin parah. 

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan negaranya harus siap menghadapi kemungkinan jika Moskow menangguhkan aliran gas melalui Nord Stream 1 lebih lama dari yang dijadwalkan.

“Berdasarkan pola yang telah kita lihat, tidak akan terlalu mengejutkan sekarang jika beberapa detail teknis kecil ditemukan dan kemudian mereka bisa mengatakan 'sekarang kami tidak bisa menyalakannya lagi',” kata Habeck.

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak tuduhan yang menyebut bahwa Rusia memanfaatkan minyak dan gas sebagai alat untuk memberikan tekanan politik.

Peskov berujar, penutupan aliran gas sudah sesuai aturan, karena pemeliharaan adalah kegiatan yang terjadwal.

Kendati demikian, aliran gas dari pipa tersebut  menurun secara bertahap, terutama setelah Ukraina pada Mei lalu menghentikan salah satu rute transit gas dengan alasan adanya gangguan yang disebabkan oleh pasukan Rusia. 

Di lain pihak, Rusia telah memutus pasokan gas ke beberapa negara Eropa yang gagal memenuhi permintaan Presiden Vladimir Putin untuk membayar dengan mata uang Rubel. 

“Beberapa bulan terakhir telah menunjukkan satu hal: Putin tidak mengenal tabu. Oleh karena itu, penghentian total pasokan gas melalui pipa Nord Stream tidak dapat dikesampingkan,” kata Timm Kehler, direktur pelaksana asosiasi industri Jerman Zukunft Gas.

Jerman menaikkan status rencana darurat ke level dua. Dan jika statusnya dinaikkan ke tingkat tertinggi, level tiga, maka Jerman terpaksa menjatah konsumsi BBM. 

Jerman memperingatkan terjadinya resesi jika aliran gas Rusia dihentikan. Sektor ekonomi bakal terpuruk dengan kerugian mencapai €193 miliar (sekitar Rp2.944 triliun). 

"Penghentian tiba-tiba impor gas Rusia juga akan berdampak signifikan pada tenaga kerja di Jerman. Sekitar 5,6 juta pekerjaan akan terpengaruh oleh konsekuensinya," kata Direktur Pelaksana VWB Bertram Brossardt.

Efeknya akan lebih luas lagi. Penghentian total akan membuat harga gas Eropa akan semakin melambung dan berlangsung lebih lama. Padahal, saat ini saja harga gas sudah mencekik sektor industri dan rumah tangga. 

Harga gas grosir Belanda, patokan Eropa, telah meningkat lebih dari 400 persen sejak Juli tahun lalu.

“Jika Nord Stream terputus, atau jika Jerman kehilangan semua impor Rusia, maka efeknya akan terasa di seluruh Eropa barat laut,” kata Menteri Energi Belanda Rob Jetten kepada Reuters. 

Jetten mengatakan, ladang gas Groningen Belanda masih dapat diminta untuk membantu negara-negara tetangga jika terjadi pemutusan total pasokan Rusia.

Tetapi, peningkatan produksi dari ladang gas tersebut akan berisiko menyebabkan gempa bumi.

Sementara itu, penghentian pasokan melalui Nord Stream 1 akan merugikan Rusia dan Eropa Barat karena hilangnya pendapatan.

Foto: Negara-negara di Eropa khawatir jika Rusia bakal menutup pasokan gasnya. Euronews

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS