PARBOABOA, Jakarta – Ribuan warga Peru turun ke jalanan melakukan demonstrasi untuk menuntut pengunduran diri Presiden Pedro Castillo, pada Sabtu (05/11/2022).
Pemimpin sayap kiri, yang menjabat pada Juli 2021, secara politis telah selamat dari dua upaya untuk pemakzulkan (sebuah proses penjatuhan dakwaan oleh sebuah badan legislatif secara resmi terhadap seorang pejabat tinggi negara, terutama kepala negara atau kepala pemerintahan).
Presiden Castillo mendapatkan enam dugaan kasus korupsi. Hal ini merupakan kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara Peru.
Namun, Castillo dengan tegas membantah semua tuduhan tersebut. Castillo menyebut mereka yang menentang pemerintahannya sebagai "reaksioner" dan "musuh rakyat".
Seperti dilansir dari Reuters, Senin (07/11/2022), ribuan pengunjuk rasa yang dipimpin oleh partai oposisi berbasis menuju Kongres sambil membawa bendera Peru dan membawa poster yang bertuliskan anti-pemerintahan serta menamai aksinya sebagai gerakan “Peru Reacts”.
Sebelumnya, partai oposisi telah melaporkan Castillo terlibat dalam kasus korupsi, namun Kongres tidak melakukan apa-apa.
“Kami melihat pemerintah terlibat dalam korupsi dan Kongres tidak bereaksi,” kata Lucas Ghersi, seorang pengacara konservatif yang merupakan salah satu penyelenggara Peru Reacts.
Akibat aksi demo tersebut, polisis anti huru-hara dikerahkan untuk menghadang para demonstran supaya mereka tidak dapat mendekati gedung parlemen dan istana pemerintah.
Beberapa video beredar di media sosial menunjukkan terjadi bentrokan antara pasukan keamanan dan para demonstran.
Polisi juga dikatakan sempat melepaskan tembakan gas air mata ke arah massa. Hal itu dilakukan untuk membubarkan para demonstran.
Tidak hanya di Ibu Kota Lima, aksi protes pemerintah ini terjadi di beberapa wilayah di Peru, yakni di kota Arequipa, Chiclayo, Cusco dan Trujillo.