PARBOABOA, Jakarta - Aliansi Pengusaha Penghantar Nikotin Elektronik Indonesia (APPNINDO) menolak klaim yang menyatakan bahwa rokok elektrik memiliki risiko yang sangat tinggi terhadap kesehatan.
Sebaliknya, asosiasi ini mengakui bahwa risiko kesehatan yang terkait dengan rokok elektrik lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional.
Ketua APPNINDO Teguh B. Ariwibowo menyatakan bahwa rokok elektrik adalah produk yang sepenuhnya aman untuk digunakan.
Selain telah didukung oleh bukti-bukti penelitian, jaminan ini juga diperkuat oleh aspek legalitas, termasuk peraturan dalam Omnibus Law Kesehatan yang secara khusus mengakomodasi rokok elektrik atau vape.
Teguh juga mengungkapkan bahwa para pelaku usaha selalu menyertakan peringatan kesehatan di kemasan produk rokok elektrik.
Menurutnya, sangat penting bagi pemerintah untuk segera melakukan penelitian ilmiah yang komprehensif dan menyeluruh sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan yang didasarkan pada profil risiko.
Dengan cara ini, standar keamanan untuk setiap produk tembakau dapat ditetapkan berdasarkan karakteristik produk tersebut.
Sementara itu, penelitian mengenai dampak dari penggunaan vape telah dilakukan oleh Dr. Colin Mendelsohn, seorang praktisi yang mengkhususkan diri dalam perawatan terkait tembakau di Sydney, Australia.
Dalam penelitiannya, ditemukan bahwa banyak studi telah mengkonfirmasi bahwa sebagian besar biomarker kanker yang ada pada perokok tidak dapat ditemukan pada individu yang menggunakan rokok elektrik.
Bahkan, Collin menyebut dampak negatif rokok lebih jauh lebih besar dari vape dilihat dari kandungan kimia yang terkandung di dalam.
Ia mengatakan kandungan kimia yang saat sigaret dibakar mencapai lebih dari 7.000, sedangkan kandungan pada vape hanya sekitar 100 bahan kimia.
Collin menjelaskan, tidak ada yang mengklaim bahwa vape adalah produk yang sehat. Namun, jika dibandingkan dengan kandungan negatifnya dibandingkan dengan rokok, keduanya tidak sebanding.
Dia menekankan bahwa rokok dapat menjadi berbahaya karena proses pembakarannya, sementara penggunaan vape tidak melibatkan pembakaran.
Lebih lanjut dia mencatat, tingkat perokok di Australia dan New Zealand telah menurun drastis sejak aturan vape di negara tersebut diluncurkan pada tahun 2020.
Berbagai studi menyebut bahwa vape sekitar 50-100 persen lebih efektif untuk berhenti merokok dibandingkan dengan terapi nikotin replacement.
Editor: Wenti Ayu