Rupiah Ditutup Menguat, Diduga karena Pembahasan RAPBN

Ilustrasi menguatnya mata uang Rupiah pada perdagangan dikarenakan pembahasan RAPBN. (Foto: PARBOABOA/Fika)

PARBOABOA, Medan – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sore ini ditutup melemah 0.29 persen di level 6.869,27.

Dalam perdagangan sore ini, asing membukukan transaksi beli bersih senilai 35 miliar.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan, IHSG melemah di tengah membaiknya kinerja mayoritas bursa di Asia.

“Secara teknikal IHSG terpantau kesulitan untuk melewati level psikologis 6.900. IHSG mengalami koreksi sehat setelah mengalami penguatan di sesi perdagangan sebelumnya,” ujar Gunawan Benjamin kepada PARBOABOA, Selasa (25/06/2024).

Di sisi sebaliknya, mata uang Rupiah ditutup menguat di level 16.370 per US Dollar. Mata uang Rupiah dinaungi kabar baik setelah ada rapat pembahasan RAPBN (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) 2025.

Di mana RAPBN tersebut setidaknya mengikis kekuatan pasar. Di mana sebelumnya pasar dikhawatirkan dengan potensi penambahan jumlah hutang negara.

Menurut Gunawan Benjamin, pelaku pasar sempat dihebohkan dengan rencana kebijakan untuk menambah rasio hutang menjadi 50 persen terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) di tahun depan.

“Meskipun saya menilai tidak hanya isu peningkatan rasio hutang yang sempat memicu terjadinya tekanan bagi mata uang Rupiah,” katanya.

Gunawan Benjamin menambahkan, rilis data ekonomi Amerika Serikat serta arah kebijakan The FED yang semakin jauh dari kemungkinan pemangkasan bunga acuan turun menekan kinerja mata uang Rupiah.

Sementara itu, harga emas ditransaksikan stabil di kisaran level 2.332 per ons troy. Harga emas nyaris tidak bergerak di tengah minimnya sentimen pasar di pekan ini.

Sebelumnya, pada perdagangan hari ini, tidak ada agenda ekonomi penting yang akan dirilis. Sentimen teknikal akan lebih banyak berpengaruh dibandingkan dengan fundamental.

Satu-satunya data penting yang mampu menggerakkan pasar adalah indeks kepercayaan konsumen Amerika Serikat yang diproyeksikan akan turun di kisaran angka 100.

Meski demikian, data tersebut juga baru akan berpengaruh kepada pasar keuangan esok hari.

Namun, pasar keuangan masih terpaku dengan kinerja US Dollar yang belakangan ini kinerjanya kerap merepotkan mata uang Rupiah.

Rilis data inflasi AS pada akhir pekan ini menjadi pertaruhan besar bagi mata uang Rupiah. Pasalnya, US Dollar bisa saja diuntungkan dengan rilis data inflasi tersebut. Terlebih saat inflasi AS justru lebih tinggi dari perkiraan awal.  

Pada perdagangan pagi ini, kinerja IHSG dibuka melemah di level 6.875, di tengah terkoreksinya mayoritas bursa di Asia.

Mata uang Rupiah kembali menguat di level 16.370 per US Dollar dan menjauh dari level psikologis yaitu 16.400 per US Dollarnya.

Sejumlah indikator kinerja US Dollar pada dasarnya tidak begitu mendukung penguatan mata uang US Dollar pada hari ini.

Di antaranya adalah melemahnya kinerja USD Index di kisaran 105.4, serta stagnasi pada imbal hasil US Treasury 10 tahun yang berada di kisaran 4.236 persen.

Yang seharusnya tidak memberikan dorongan besar bagi kinerja mata uang US Dollar untuk menguat.

Sementara itu, harga emas ditransaksikan di kisaran 2.329 US Dollar per ons troy. Sedikit mengalami penguatan dibandingkan dengan perdagangan kemarin.

Editor: Fika
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS