PARBOABOA, Jakarta - Sedikitnya 100 orang dilaporkan tewas akibat serangan udara yang dilakukan oleh militer Myanmar di wilayah Sagaing, Selasa (11/4/2023). 20-30 anak-anak dilaporkan menjadi korban.
Serangan kali ini menjadi yang paling mematikan yang dilakukan oleh junta militer sejak merebut kekuasaan dalam kudeta lebih dari dua tahun lalu.
Dilansir dari The New York Times, serangan tersebut terjadi saat sekitar 150 orang warga, termasuk anak-anak bekumpul di sebuah desa, wilayah barat laut Sagaing, untuk perayaan pembukaan kantor administrasi penentang junta militer .
Saksi mata mengatakan, jet tempur menjatuhkan bom langsung ke kerumunan orang pada pukul 8.00 waktu setempat.
Tak berselang lama setelahnya, sebuah helikopter muncul diikuti dengan peluru yang ditembakkan dari dalamnya di lokasi yang sama.
Namun, jumlah pasti korban yang tewas akibat serangan ini sulit dikonfirmasi, karena pemerintah militer yang kini menguasai Myanmar membatasi peliputan.
Konflik antara Junta militer Myanmar dan kelompok penentang terjadi setelah kudeta pemerintahan di negara tersebut terjadi pada tahun 2021 lalu. Konflik meluas dan berkepanjangan yang terjadi menimbulkan banyak korban jiwa, termasuk warga sipil.
Untuk meredam pemberontakan bersenjata di berbagai daerah, junta militer kemudian melancarkan serangan udara yang memakan banyak korban jiwa.
Pada bulan Oktober 2022, sebuah konser di Negara Bagian Kachin diserang oleh jet militer yang menewaskan sedikitnya 80 orang, termasuk musisi yang sedang tampil di atas panggung saat itu.