PARBOABOA, Jakarta – Kasus dugaan suap yang melibatkan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan mantan bintang film dewasa, Stormy Daniels, sedang menjadi sorotan publik. Kasus ini mencuat ketika Trump bersiap untuk menghadapi pemilihan presiden pada tahun 2024.
Seorang jaksa di Manhattan dilaporkan akan menuntut Trump atas dugaan bahwa ia membayar Daniels untuk menjaga kerahasiaan tentang perselingkuhan yang mereka lakukan. Jika benar, gugatan ini akan menjadi tuntutan pidana pertama yang diarahkan kepada mantan presiden AS.
Kronologi Kasus Suap Donald Trump
Menurut laporan kantor berita AFP, kasus ini bermula dari pertemuan keduanya di kawasan Danau Tahoe, AS, pada Juli 2006 silam. Trump saat itu masih menjadi bintang acara realitas televisi, The Apprentice.
Dalam bukunya yang berjudul Full Disclosure (2018), Stormy Daniels atau pemilik nama Stephanie Clifford, mengungkapkan bahwa salah satu pengawal Trump mengundangnya makan malam di penthouse milik taipan real estat tersebut.
Kejadian ini dibuktikan dengan adanya foto yang diambil saat itu, menunjukkan Trump dan Daniels bersama-sama di sebuah studio porno tempat Daniels bekerja sebagai penyambut tamu.
Dalam foto tersebut, Trump terlihat mengenakan topi merah, kemeja polo kuning, dan celana khaki, sementara Daniels yang berdiri di sebelahnya memakai atasan hitam ketat dengan perutnya terlihat. Saat itu, Daniels berusia 27 tahun dan Trump berusia 60 tahun.
Setelah itu, Daniels mengklaim bahwa mereka berhubungan seks tetapi tidak mengesankan. Dirinya bahkan mengomentari bentuk tubuh Trump.
Kendati demikian, Daniels mengaku masih berhubungan dengan Trump pada tahun depannya dan berharap diundang ke program The Apprentice, tetapi tidak pernah terjadi.
Pada tahun 2016, Trump menjadi calon presiden AS dari Partai Republik. The National Enquirer, tabloid berita milik sekutu Trump, mendapatkan informasi bahwa Daniels sedang mencari peminat ceritanya yang berpotensi merusak karier politik Trump. Tabloid itu kemudian mengarahkannya kepada Michael Cohen, pengacara dan mantan pemecah masalah pribadi Trump.
Cohen, yang kemudian berbalik melawan Trump, mengklaim bahwa dirinya merancang pembayaran uang tutup mulut senilai $130.000 (Rp1,9 miliar) kepada Daniels agar tidak membuka suara tentang kencan mereka pada tahun 2006.
Daniels dan Trump, dengan nama samaran masing-masing Peggy Peterson dan David Dennison, adalah pihak dalam perjanjian rahasia yang dimasukkan Cohen ke pengadilan.
Pembayaran tersebut telah diungkapkan oleh The Wall Street Journal sejak Januari 2018 silam dan menjadi dasar dakwaan yang mungkin dihadapi Trump di New York.
Namun, Trump membantah melakukan kesalahan dan mengklaim bahwa ia menjadi korban perburuan penyihir politik oleh Jaksa Wilayah Manhattan Alvin Bragg, yang merupakan anggota Partai Demokrat, yang bertujuan untuk menggagalkan pencalonannya pada pemilihan presiden AS 2024 mendatang.
Kendati demikian, kasus ini telah masuk ke tahap penyelidikan, dimana Cohen dan Daniels telah diperiksa oleh Jaksa pada Maret 2023.
Dewan juri pengadilan Manhattan yang dilibatkan dalam penyelidikan kasus uang tutup mulut ini belum akan menggelar sidang hingga pekan depan, sehingga keputusan apakah Trump akan didakwa atau bahkan ditangkap belum bisa diketahui dalam waktu dekat.
Viral Video Deepfake Penangkapan Donald Trump
Atas kasus ini, Donald Trump sempat menyuarakan bahwa dirinya akan ditangkap oleh jaksa penuntut New York pada Selasa (21/3/2023) lalu. Dirinya bahkan meminta para pendukungnya untuk menggelar demo.
"Kebocoran ilegal dari kantor kejaksaan distrik Manhattan yang korup dan sangat politis ... menunjukkan bahwa, tanpa kejahatan yang dapat dibuktikan ... kandidat Republik terkemuka dan mantan Presiden Amerika Serikat, akan ditangkap pada hari Selasa minggu depan," tulis Trump di Truth Social, dilansir Reuters, Sabtu (25/3/2023).
Namun, penangkapan tersebut nyatanya tak terjadi, membuat sebuah video deepfake buatan AI (artificial intelligence/kecerdasan buatan) viral di Twitter. Video tersebut berisi gambar-gambar palsu yang menunjukkan Trump melawan petugas polisi dan akhirnya ditangkap.
Seri deepfake itu juga menampilkan Melania Trump dan putra mantan presiden, Donald Trump Jr, yang memprotes penangkapan tersebut. Hingga kini, video tersebut telah dilihat lebih dari 5 juta kali.
Elliot Higgins, seorang jurnalis dan pendiri kolektif investigasi Bellingcat, mengaku menggunakan Midjourney, sebuah generator teks-ke-gambar kecerdasan buatan, untuk menghasilkan gambar-gambar tersebut.
"Memotret Trump ditangkap sambil menunggu penangkapan Trump," kicau @EliotHiggins, Selasa.
Meski tampak nyata, terdapat kejanggalan dalam teks yang menyertainya, seperti pada gambar pertama Trump dengan tiga kaki dan sabuk polisi.
"Gambar penangkapan Trump benar-benar menunjukkan betapa baik dan buruknya Midjourney dalam menampilkan adegan nyata seperti gambar pertama Trump dengan tiga kaki dan sabuk polisi," kata Higgins kepada Associated Press.
"Saya berasumsi bahwa orang akan menyadari bahwa Donald Trump memiliki dua kaki, bukan tiga, tetapi hal itu tampaknya tidak menghentikan beberapa orang untuk menganggapnya asli, yang menyoroti kurangnya keterampilan berpikir kritis dalam sistem pendidikan kita," imbuhnya.