Skrining Dini dan Vaksinasi HPV Jadi Benteng Utama Cegah Kanker Serviks

Skrining dini dan vaksin HPV bisa mencegah kanker serviks pada perempuan. (Foto: PARBOABOA/Aprilia Rahapit)

PARBOABOA, Jakarta - Di Indonesia, kanker serviks menjadi salah satu penyebab utama kematian di kalangan perempuan.

Dalam sebuah diskusi yang diadakan di Jakarta pada 2 Februari 2024, Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, menyoroti pentingnya skrining dini untuk mengatasi masalah ini. 

Menurutnya, sekitar 70 persen perempuan yang terdiagnosis kanker serviks berada pada stadium lanjut. Dari jumlah tersebut, separuhnya meninggal dunia. 

Oleh karena itu, skrining kanker serviks menjadi salah satu strategi utama dalam mengurangi angka kematian yang tinggi ini.

Langkah ini bahkan telah direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) untuk wanita usia subur (WUS) usia 30-50. 

Pemeriksaan ini sangat perlu dilakukan untuk mendeteksi infeksi HPV atau mendeteksi perubahan awal pada sel serviks, sehingga pengobatan dapat diberikan sejak dini untuk mencegah perkembangan kanker.

Ada beberapa metode yang sudah tersedia untuk melakukan skrining kanker serviks. Beberapa diantaranya adalah pemeriksaan IVA, Pap smear, dan HPV DNA. 

Pemeriksaan IVA test dan Pap smear bertujuan untuk menemukan lesi pre kanker sehingga pasien segera mendapatkan pengobatan untuk mencegah perkembangan kanker. 

Sedangkan HPV DNA bertujuan untuk mengidentifikasi ada/tidaknya infeksi HPV baik sebelum ataupun setelah infeksi ini berkembang menjadi pre kanker atau kanker serviks.

Vaksinasi HPV

Untuk menghindari risiko kanker serviks, salah satu metode yang direkomendasikan adalah vaksinasi Human Papillomavirus (HPV). 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyarankan agar vaksinasi dimulai pada usia 11 hingga 12 tahun.

Hal ini efektif karena pada usia tersebut, banyak yang belum memulai aktivitas seksual, sehingga risiko infeksi HPV dapat diminimalkan.

Di Indonesia, sebuah proyek percontohan untuk vaksinasi HPV gratis telah dijalankan di beberapa sekolah di Jakarta.

Treatment adekuat dan dukungan nutrisi untuk pasien kanker serviks juga telah disediakan.

Dalam program bertajuk Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Kanker Serviks untuk Indonesia periode 2023-2030, Kemenkes menargetkan skrining untuk 75 persen perempuan berusia 30-69 tahun dengan menggunakan metode pemeriksaan DNA HPV yang berkualitas tinggi. 

Ini merupakan peralihan dari metode skrining sebelumnya yang hanya mencakup 9,3 persen perempuan pada tahun 2020.

Sekilas Soal Kanker Serviks

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi di leher rahim wanita, dan dapat memengaruhi wanita dari semua usia, terutama yang aktif secara seksual. 

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi dan angka kematian yang signifikan akibat kanker serviks. 

Penyebab utamanya adalah infeksi Human papillomavirus (HPV), khususnya tipe 16 dan 18, yang menginfeksi sel leher rahim dan menyebabkan tumor.

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terkena kanker serviks meliputi perilaku seksual berisiko (seperti berganti pasangan atau berhubungan intim sejak usia muda), penggunaan pil KB jangka panjang, riwayat kehamilan muda atau sering hamil, merokok, gaya hidup tidak sehat (seperti stres, kurang olahraga, pola makan tidak sehat), dan faktor genetik (riwayat kanker serviks dalam keluarga). 

Oleh karena itu, penting bagi wanita untuk memahami dan menghindari faktor risiko ini serta menjalani gaya hidup sehat untuk mencegah kanker serviks.

Editor: Aprilia Rahapit
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS