Woman Support Woman: Solidaritas Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan Gender

Ilustrasi solidaritas perempuan dalam mewujudkan kesetaraan gender (Foto: PARBOABOA/ Defri)

PARBOABOA, Jakarta - Pemberdayaan perempuan merupakan salah satu langkah penting untuk mewujudkan kesetaraan gender.

Dalam konteks tertentu, solidaritas dan dukungan antar perempuan memegang peranan yang sangat krusial. 

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Puan Maharani, menyoroti pentingnya gerakan "Woman Support Woman" sebagai strategi untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh perempuan. 

Solidaritas ini tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam mencapai kesuksesan individu tetapi juga sebagai pendorong untuk kemajuan kolektif seluruh perempuan di Indonesia. 

Puan Maharani memberikan pandangan komprehensif mengenai pentingnya dukungan antar perempuan serta dampaknya terhadap  kesetaraan gender.

Ia menggarisbawahi bahwa perempuan menghadapi tantangan yang unik dan sering kali lebih berat dibandingkan laki-laki. 

Selain menjalankan tugas profesional, perempuan juga harus memenuhi tanggung jawab domestik sebagai ibu dan istri. 

"Semua perempuan dihadapkan pada tantangan yang serupa, yang memerlukan usaha ekstra. Kita juga harus mengemban peran alami sebagai perempuan," ujar Puan.

Solidaritas sebagai Kunci

Menurut Puan, dukungan antar sesama perempuan adalah kunci untuk mencapai kesuksesan bersama. 

Ia menekankan bahwa keberhasilan satu perempuan merupakan keberhasilan semua perempuan. 

"Keberhasilan satu perempuan adalah keberhasilan semua perempuan, sesuai dengan pepatah 'berat sama dipikul, ringan sama dijinjing'," jelasnya.

Puan menegaskan bahwa setiap pencapaian yang diraih oleh perempuan tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga bagi seluruh perempuan Indonesia.

Ia mengingatkan, meskipun perjuangan untuk pemberdayaan perempuan sudah berlangsung selama satu abad sejak masa RA Kartini, masih banyak yang perlu dilakukan. 

Perempuan Indonesia masih harus terus berjuang untuk mendapatkan posisi dan jabatan yang sesuai dengan kemampuan mereka. 

"Setelah satu abad perjuangan Ibu RA Kartini, masih ada pekerjaan lebih untuk membuktikan bahwa perempuan-perempuan Indonesia layak dan mampu menduduki jabatan atau posisi sesuai dengan kemampuan mereka," ujar Puan.

Menempatkan perempuan di posisi yang sesuai dengan kemampuannya bukan hanya langkah afirmatif, tetapi juga mengenai penghormatan dan penghargaan terhadap martabat manusia yang setara antara perempuan dan laki-laki. 

Puan menekankan bahwa perempuan harus bekerja lebih keras untuk menjaga keseimbangan antara mencapai cita-cita dan menjalankan peran kodrati mereka. 

"Bagi kita, pekerjaan harus dilakukan dengan dua kali lipat lebih keras daripada yang dilakukan oleh para laki-laki, karena kita berusaha menjalankan peran alami sebagai perempuan, ibu, istri, serta tugas dalam pekerjaan kita masing-masing," ujarnya.

Dalam pandangan Puan, gerakan "Woman Support Woman" adalah langkah nyata untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi perempuan. 

Dengan saling mendukung, perempuan dapat mencapai kesuksesan yang lebih besar dan membangun masa depan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan generasi mendatang. 

"Dengan saling mendukung, kita bisa bersama-sama mengatasi tantangan ini dan mencapai kesuksesan yang lebih besar," pungkasnya.

Pentingnya Kerja Kolektif

Serupa, Anggota Yayasan Jurnal Perempuan, Maria Noviyanti Meti menegaskan pentingnya kerja kolektif kolegial untuk menyerukan pemberdayaan perempuan.

"Kerja kolektif itu penting untuk membawah visi bersama. Tidak bisa hanya satu kelompok perempuan saja yang kerja," pungkasnya dalam wawancara dengan PARBOABOA, Jumat (28/06/2024).

Baginya, kerja kolektif harus dilandaskan atas kesadaran yang sama bahwa perempuan kerap menjadi kelompok rentan dalam masyarakat.

"Kesadaran bahwa kita sebagai perempuan adalah kelompok rentan harus tumbuh. Dengan begitu, kita bisa solider dan saling membantu satu sama lain," tambahnya.

Dengan saling bergandengan tangan, Novi yakin bahwa isu kesetaraan gender dapat terwujud dan diskriminasi terhadap perempuan perlahan-lahan akan hilang. 

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS