Sumut Deflasi, Gangguan Daya Beli Masyarakat Semakin Terlihat

Suasana pasar tradisional yang mulai kurang daya beli akan kebutuhan pangan. (Foto: PARBOABOA/Fika)

PARBOABOA, Medan – Sumatera Utara (Sumut) kembali membukukan deflasi sebesar 0.82 persen secara bulanan pada Juli 2024. Angka ini jauh lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya.

Pemicu deflasi ini banyak disumbangkan oleh komoditas cabai merah dan bawang merah. Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan jika mengacu kepada rilis data Badan Pusat Statistik (BPS), deflasi pada Juli sebenarnya lebih dominan dipengaruhi oleh sisi persediaan atau supply.

Namun, menurut Gunawan Benjamin, ada temuan yang justru menunjukkan adanya gejala gangguan daya beli masyarakat.

“Kalau sebelumnya kita melihat ada tren penurunan belanja untuk kebutuhan di luar kebutuhan pangan seperti kebutuhan sandang. Maka di bulan Juli ini saya menemukan ada tren penurunan konsumsi untuk kebutuhan pangan seperti daging ayam,” jelas Gunawan Benjamin kepada PARBOABOA, Kamis (01/08/2024).

Bahkan, daging ayam masuk dalam lima komoditas penyumbang deflasi dengan angka 0.07 persen. Angka ini terbesar setelah cabai merah, bawang merah dan tomat.

Pada dasarnya, konsumsi daging ayam masyarakat di Sumut selama bulan Juli memang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan hari normal lainnya.

Penurunan tersebut sudah terkonfirmasi dengan jumlah pasokan ayam potong yang memang lebih sedikit dibandingkan hari normal.

Salah satu yang paling terlihat adalah harga daging ayam turun, disaat penjualan di level pedagang besar juga mengalami penurunan.

Harga daging ayam saat ini dijual dalam rentang angka Rp22 ribu hingga Rp27 ribu per kilogram untuk wilayah Kota Medan, Deli Serdang dan sekitarnya.

Padahal, dari hasil pengamatan di pasar tradisional, terjadi penurunan penjualan daging ayam hingga 22 persen di level pedagang besar pada pekan ini dibandingkan data penjualan dua pekan sebelumnya yaitu pada pertengahan Juli.

Bahkan, di level pedagang pengecer di pekan ini, ada pedagang yang mengeluhkan penjualan yang anjlok hingga 28 persen.

Padahal, dari hasil pengambilan sampel di sejumlah peternak, ada penurunan pasokan ayam potong yang mencapai 17 persen dalam dua pekan terakhir.

Ini artinya, realisasi belanja masyarakat justru masih lebih rendah dari pemangkasan jumlah pasokan ayam di level peternak.

“Ini menunjukkan ada gejala penurunan daya beli. Meskipun sekali lagi saya tekankan bahwa deflasi pada bulan Juli ini masih dominan dipicu oleh sisi persediaan,” ucap Gunawan Benjamin.

Walau begitu, Gunawan Benjamin menambahkan, temuan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Karena pola belanja masyarakat semakin defensif.

Gejala penurunan daya beli ini menjadi potret buruknya pengeluaran masyarakat dan tentunya juga merugikan peternak.

Dari hasil survey harga di level peternak di pekan ini, ditemukan harga ayam potong dijual Rp15.500 per kilogram.

Harga ini jauh di bawah harga pokok produksi Rp21 ribu hingga Rp22 ribu per kilogram. Dari temuan ini, peternak jelas rugi besar dan negara juga tengah menghadapi masalah daya beli masyarakat yang menurun.

“PR pemerintah saat ini adalah bagaimana menyelamatkan konsumen serta peternaknya sekaligus,” tandas Gunawan Benjamin.

Editor: Fika
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS