PARBOABOA, Afganisthan - Negara Afganisthan yang saat ini dikuasi Taliban sedang dilanda kelaparan, krisis ekonomi, kekeringan hingga mendapat sejumlah serangan teroris mematikan.
Keadaan ini membuat Taliban mendesak sejumlah negara untuk mencairkan dana cadangan Bank Sentral Afganisthan yang berjumlah miliaran dolar Amerika yang disimpan di Amerika Serikat dan beberapa bank sental di Eropa.
Dana cadangan itu dibekukan sebagai sanksi Amerika, sejak Taliban mengambil alih kekuasaan atas negara itu pada bulan Agutus lalu.
Juru bicara Kemenkeu Afghanistan menyebut uang itu adalah milik mereka. Dia menyebut membekukan uang itu tidak etis dan bertentangan dengan semua hukum dan nilai internasional.
"Uang itu milik negara Afghanistan. Berikan kami uang kami sendiri," kata juru bicara Kemenkeu Afghanistan, Ahmad Wali Haqmal dikutip dari Reuters, Sabtu (30/10).
Banyak pihak yang telah meminta untuk mengirimkan bantuan ke negara tersebut. Seperti pemerintah China dan Pakistan juga menyerukan kepada dunia agar segera mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk warga Afganisthan yang dilanda kelaparan.
Seorang pejabat tinggi bank sentral Afghanistan meminta negara-negara Eropa termasuk Jerman untuk melepaskan bagian dari cadangan yang disimpan di negara mereka untuk menghindari keruntuhan ekonomi yang dapat memicu migrasi massal ke Eropa.
"Jika cadangan tetap beku, importir Afghanistan tidak akan mampu membayar pengiriman mereka, bank akan mulai runtuh, makanan akan menjadi langka, toko kelontong akan kosong," kata anggota dewan Bank Sentral Afghanistan, Shah Mehrabi.
Merahbi meminta kepada Jerman yang menyimpan USD 500 juta uang Afganistahan untuk segera dicairkan, meski Amerika menolak permintaan tersebut.
Saat ini Afganisthan membutuhkan USD 150 juta perbulannya untuk mencegah krisis dan menjaga harga tetap stabil.