Catat! 90 Persen Kasus Stroke Bisa Dicegah

Kemenkes sebut 90 persen kasus stroke sebenarnya dapat dicegah. (Foto: Kemenkes)

PARBOABOA, Jakarta - Penyakit stroke masih menjadi momok menakutkan di kalangan masyakarat. 

Pasalnya, stroke tak hanya berdampak langsung pada pasien namun juga keluarga. 

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebut stroke merupakan penyebab disabilitas nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. 

Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, prevalensi stroke di Indonesia meningkat dari 7 per 1000 penduduk pada 2013, menjadi 10,9 per 1000 pada 2018. 

Bahkan, stroke kini juga mengalami menyerang kelompok muda atau usia produktif, remaja hingga anak-anak.

Dari sisi ekonomi, stroke menjadi salah satu penyakit katastropik dengan pembiayaan terbesar ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.

Biaya untuk penanganan stroke mencapai Rp3,23 triliun pada 2022. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar Rp1,91 triliun. 

Stroke dan Pencegahan

Stroke merupakan gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis yang berlangsung lebih dari 24 jam. 

Serangan terjadi saat pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang.

Terganggunya pasokan darah ke otak ini dapat dipicu banyak sebab, biasanya diabetes, aterosklerosis atau penumpukan plak di aliran darah, penggumpalan darah, obesitas dan sebagainya.  

Meski menjadi momok menakutkan bagi semua kalangan, Kemenkes menyebut, sekitar 90 persen kasus stroke sebenarnya dapat dicegah. 

Dilansir dari laman RS Sardjito, tindakan preventif berupa penanganan prahospital perlu ditekankan demi mengurangi risiko terserang penyakit ini. 

Pencegahan primer pada stroke di antaranya jelas berkaitan dengan perbaikan pola hidup dan pengendalian berbagai faktor risiko.

Upaya ini ditujukan untuk semua kalangan baik orang sehat dan kelompok risiko tinggi yang belum pernah terserang stroke.

Pola makan yang sehat

Risiko stroke dapat meningkat dengan cepat bila seseorang sering mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol.

Maka dari itu, mengkonsumsi makanan rendah lemak dan kolesterol sangat dianjurkan untuk dapat mencegah stroke. 

Manajemen Stress dan Istirahat Cukup

Mengendalikan stress bisa dilakukan dengan cara berpikir positif. 

Selanjutnya, agar tubuh lebih sehat, maka jam istirahat perlu diperhatikan, yakni tidur teratur 6-8 jam sehari. 

Pemeriksaan Kesehatan Teratur 

Bagi mereka yang memiliki faktor-faktor risiko seperti penyakit jantung, hipertensi, dislipidemia, diabetes melitus, maka harus memantau kondisi kesehatan secara teratur. 

Faktor-faktor risiko ini dapat dikoreksi dengan pengobatan teratur sesuai petunjuk dokter, diet dan gaya hidup sehat (olahraga, pengendalian berat badan, menghindari alkohol dan tidak merokok). 

Aktivitas fisik

Peningkatan aktivitas fisik sangat direkomendasikan untuk penurunan risiko stroke. 

Namun demikian, aktivitas fisik ini harus tetap diimbangi dengan istirahat yang cukup.

Sayangnya, hingga saat ini, pengendalian faktor risiko stroke masih menjadi tantangan tersendiri dalam upaya pencegahan dan penanggulangan stroke di Indonesia.

Editor: Umaya khusniah
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS