Anies Baswedan dan Mimpi Mendirikan Partai Politik

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan Berencana Mendirikan Partai Politik Baru. (Foto: Dok. Aniesbaswedan)

PARBOABOA, Jakarta - Nama Anies Baswedan telah lama berkibar di ranah politik dan akademisi Indonesia. Kali ini, dengan langkah yang berani, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut berencana mendirikan partai politik baru. 

Sebuah langkah yang tidak hanya mengguncang peta politik nasional, tapi juga berpotensi mengubah arah dinamika politik Indonesia di masa depan.

Jika Anies benar-benar mendirikan partai politik, hal ini bisa membawa dampak signifikan terhadap peta politik Indonesia.

Partai baru ini bisa menjadi kekuatan politik yang diperhitungkan, terutama jika berhasil mendapatkan dukungan yang signifikan dalam pemilu.

Selain itu, partai Anies juga bisa menjadi penyeimbang bagi partai-partai besar yang ada saat ini.

Dengan menawarkan alternatif baru, partai ini bisa mengubah dinamika politik nasional dan mungkin memaksa partai-partai lain untuk lebih responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Anies Baswedan memulai kariernya sebagai akademisi, menjadi Rektor Universitas Paramadina di usia muda.

Namanya mulai dikenal publik luas ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di bawah kabinet Presiden Joko Widodo pada periode pertama.

Namun, kariernya sebagai gubernur Jakarta yang benar-benar melambungkan namanya.

Selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies sering kali menjadi sorotan, baik karena kebijakan-kebijakannya maupun karena sikapnya yang tegas dan berprinsip.

Bagi Anies, mendirikan partai politik bisa jadi adalah langkah logis yang tetpa menjaga namanya dalam resonansi politik hingga kontestasi berikutnya.

Ada beberapa alasan mengapa langkah ini dianggap strategis:

Pertama, Independensi Politik. Dengan memiliki partai sendiri, Anies dapat mengontrol sepenuhnya arah dan visi partai tanpa harus tunduk pada kepentingan partai lain.

Ini memberinya kebebasan untuk menjalankan agenda politik yang sesuai dengan nilai-nilai yang ia pegang.

Kedua, Politik Baru. Sebagai tokoh yang dikenal dengan ide-ide segar dan progresif, Anies dapat platform membangun partai yang menawarkan solusi baru bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa.

Partai ini bisa menjadi alternatif bagi pemilih yang merasa tidak puas dengan pilihan partai yang ada saat ini.

Ketiga, Basis Massa yang Kuat. Selama menjadi Gubernur Jakarta, Anies berhasil membangun basis massa yang kuat, terutama di kalangan masyarakat urban dan kelas menengah.

Basis inilah yang bisa menjadi modal utama dalam mendirikan partai baru.

Terkait  rencana tersebut, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin menyampaikan bahwa banyak tokoh bangsa telah mencoba mendirikan partai politik.

Namun, meskipun didirikan oleh sosok terkenal, banyak partai yang akhirnya gagal total.

"Jika melihat hasil pemilu belakangan ini, tampak ada stabilitas dalam hasil pemilu, di mana perolehan suara partai-partai cenderung stagnan. Tidak ada partai baru yang berhasil lolos ambang batas parlemen (PT), bahkan partai lama pun ada yang terjungkal," ujar Burhanuddin di Jakarta, Sabtu (30/8/2024).

Meskipun demikian, Burhanuddin berpendapat bahwa rencana Anies untuk mendirikan partai baru memiliki peluang sukses karena beberapa alasan.

Ia menjelaskan bahwa di Indonesia, partai politik seringkali menjadi alat bagi pendirinya untuk maju sebagai pemimpin.

Dalam hal ini, ketokohan sang pendiri partai menjadi faktor penting. Anies Baswedan, menurut Burhanuddin, telah membangun ketokohan yang cukup kuat setelah berpartisipasi dalam berbagai pemilu presiden dan pilkada.

"Dalam hal ini, ketokohan sangat krusial, dan jika melihat ketokohan Anies, saya kira itu cukup signifikan," jelas Burhanuddin.

Pada Pilpres lalu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini meraih 24,9 persen suara atau sekitar 40 juta pendukung di seluruh Indonesia. Ia juga menang dalam Pilkada Jakarta 2017, yang menunjukkan bahwa Anies memiliki basis massa yang besar.

Alasan lainnya, menurut Burhanuddin, adalah Anies yang saat ini menjadi ikon politik Islam. Ia menyebutkan bahwa sekitar 35 persen masyarakat memiliki kecenderungan untuk mengikuti indeks politik Islam.

Suka atau tidak, jelasnya saat ini ikon politik Islam ada di tangan Anies.

Alasan terakhir, lanjut Burhanuddin, adalah karena saat ini hanya sedikit partai politik yang menyuarakan narasi oposisi.

Hingga saat ini, hanya PDIP yang tidak bergabung dengan pemerintahan. Selain itu, sekitar 30 persen masyarakat tidak puas dengan kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

 Oleh karena itu, jika Anies mendirikan partai dengan konsep oposisi, partai tersebut bisa memiliki peluang untuk berhasil.

Meskipun mendirikan partai politik tampaknya menjanjikan, namun tetap ada banyak tantangan yang harus dihadapi.

Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik yang telah diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, partai politik harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain,

Berkaitan dengan kepengurusan setidaknya 75% dari jumlah provinsi di Indonesia. Selain itu, harus memiliki kepengurusan di setidaknya 50% dari jumlah kabupaten/kota di setiap provinsi.

Kemudian, terkait pendirian partai politik ini harus memiliki kantor tetap di setiap provinsi dan kabupaten/kota.

Karena itu, tantangan ini membutuhkan sumber daya yang besar, baik dalam hal finansial maupun sumber daya manusia.

Terkait pendanaan. Mendirikan dan menjalankan partai politik memerlukan dana yang tidak sedikit. Partai harus mampu membiayai operasional sehari-hari, kampanye, dan berbagai kegiatan politik lainnya.

Sumber dana ini harus jelas dan transparan sesuai dengan peraturan yang berlaku, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

Selain itu, dukungan publik. Partai politik baru sering kali menghadapi kesulitan untuk mendapatkan dukungan publik yang signifikan.

Anies perlu bekerja keras untuk meyakinkan masyarakat bahwa partainya layak untuk didukung dan menjadi pilihan utama dalam pemilu.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, Anies perlu mengambil beberapa langkah strategis, antara lain soal  konsolidasi massa. Anies harus segera mengonsolidasikan basis massanya yang sudah ada.

Dukungan dari mantan pendukungnya di Jakarta, serta simpatisan dari kalangan masyarakat lainnya, harus diorganisir dengan baik untuk menjadi kekuatan politik yang solid.

Selain itu, Anies perlu membangun aliansi. Meskipun berniat mendirikan partai baru, Anies juga perlu membangun aliansi dengan tokoh-tokoh politik lainnya.

Ini bisa membantu partainya untuk lebih cepat diterima dan mendapatkan dukungan yang lebih luas.

Hal lain yang perlu dipikirkan Anies adalah strategi komunikasi yang efektif. Anies perlu mengembangkan strategi komunikasi yang efektif untuk menyampaikan visi dan misi partainya.

Dengan cara ini, ia bisa menarik simpati masyarakat yang lebih luas, terutama generasi muda yang menjadi pemilih potensial dalam pemilu mendatang.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS