Apple dan Google Diminta Hapus TikTok dari Toko Aplikasi, Kenapa?

Ilustrasi, foto: nytimes.com

PARBOABOA - Komisaris FCC, Brendan Carr, melalui surat telah meminta Apple dan Google untuk menghapus TikTok dari toko aplikasi mereka.

Staf TikTok di China diduga memiliki akses ke non-publik data pengguna AS dari setidaknya September 2021 hingga Januari 2022.

Brendan Carr telah memberi Apple dan Google waktu hingga 8 Juli untuk menanggapi tuntutan mereka untuk menghapus TikTok dari toko mereka.

Dalam surat terbukanya kepada organisasi tersebut, Carr menjelaskan bahwa ada masalah keamanan utama terkait TikTok.

“TikTok tidak seperti yang terlihat di permukaan. Ini bukan hanya aplikasi untuk berbagi video atau meme lucu. Itu pakaian domba.

Pada intinya, TikTok berfungsi sebagai alat pengawasan canggih yang mengumpulkan sejumlah besar data pribadi dan sensitif.

“Memang, TikTok mengumpulkan semuanya mulai dari penelusuran dan riwayat penelusuran hingga pola penekanan tombol dan pengenal biometrik", tambahnya.

Termasuk sidik wajah yang menurut para peneliti mungkin digunakan dalam teknologi pengenalan wajah yang tidak terkait dan cetakan suara.

Bahkan, Carr tak segan menyebut TikTok tak sekadar aplikasi video singkat biasa. Ia menjuluki TikTok sebagai aplikasi ‘serigala berbulu domba’ berkat kelihaian dalam mencuri data pengguna.

Postingan Carr juga melampirkan bukti bahwa FCC sudah menghubungi masing-masing pemimpin perusahaan yang menyediakan layanan Google Play Store dan Apple App Store.

Beberapa tangkapan layar yang dibagikan merupakan surat permintaan penghapusan TikTok yang ditujukan kepada CEO Google, Sundar Pichai, dan CEO Apple, Tim Cook.

Selain permohonan penghapusan TikTok, surat tersebut juga mengungkap alasan pemblokiran harus dilakukan.

Bagian awal surat FCC menyoroti laporan BuzzFeed News pada awal bulan ini, yang mengungkap praktik kotor itu oleh beberapa oknum ByteDance yang merupakan induk perusahaan TikTok.

Selain bukti tersebut, Carr juga memberikan bukti lainnya untuk meyakinkan Pichai dan Cook bahwa TikTok adalah aplikasi berbahaya.

Beberapa di antaranya seperti TikTok yang dilaporkan melanggar aturan privasi sistem operasi (OS) Android pada Agustus 2020 lalu, dugaan TikTok yang mencuri data pengguna yang memasang aplikasi tersebut dari App Store pada Maret 2020 lalu, dan masih banyak lagi.

"Berbagai laporan ini tidak sejalan dengan kebijakan Apple dan Google yang mengeklaim bahwa toko aplikasi mereka masing-masing menjaga data pribadi para penggunanya," jelas Carr. Baik Apple, Google, hingga TikTok tampaknya belum memberikan respons terkait permintaan FCC ini, terutama surat yang dikirimkan oleh Carr tadi.

Bukan kali ini saja, TikTok sebenarnya sudah menjadi incaran pemerintah AS selama beberapa tahun belakangan.

Pasalnya, platform asal China ini diduga telah menerapkan praktik ilegal, yaitu mencuri data pengguna AS secara diam-diam.

Bahkan pada 2020 lalu, Presiden AS Donald Trump sempat mengeluarkan perintah (order) kepada Apple dan Google untuk "menendang" aplikasi TikTok dari toko aplikasi Play Store dan App Store, sama seperti permintaan Carr tadi.

Meski demikian, perintah tersebut kala itu bisa dibatalkan, asalkan TikTok memindahkan operasi bisnis dan segala hal yang berkaitan dengan data warga AS, ke perusahaan asal AS atas alasan perlindungan keamanan nasional.

Hingga saat ini, perintah tersebut tampaknya tidak dijalankan dan aplikasi TikTok masih bisa dipajang dari App Store dan Play Store, serta bisa digunakan secara normal oleh warga AS.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS