Harga mata uang kripto (cryptocurrency) berkapitalisasi pasar terbesar kembali diperdagangkan di zona hijau pada perdagangan Sabtu (2/10/) pagi waktu Indonesia, karena investor optimis bahwa pada Oktober, kripto akan kembali pulih setidaknya seperti pada Juli lalu.
Menurut data dari CoinMarketCap, Sabtu (2/10), pukul 14.51 WIB, harga koin kripto dengan market cap terjumbo bitcoin melesat 6,89% selama 24 jam terakhir. Sementara, selama sepekan, koin kripto tertua ini terkerek naik 12,40%.
Kemudian, koin dengan market cap terbesar nomor dua ethereum berhasil mencuat 6,63% dibandingkan hari sebelumnya. Seperti bitcoin, dalam sepekan ethereum terdongkrak 13,15%.
Berdasarkan data dari CoinMarketCap, dari 10 besar koin kripto terjumbo, sembilan di antaranya menguat hari ini. Hanya koin USD Coin yang turun tipis 0,03%. Sementara, selama sepekan, tujuh kripto raksasa berhasil melesat, sedangkan Cardano menjadi yang paling ambles, yakni 5,04%.
Adapun top gainers dalam 24 jam terakhir direngkuh koin Axie Infinity yang melambung 50,51% ke US$ 117,63/koin. Berbeda nasib, koin dYdX menjadi top losers dengan turun 1,76% ke US$ 23,15/koin.
Sementara itu, kendati pada hari ini terkoreksi, koin dydX menjadi top gainers dalam sepekan dengan melambung 93,59%. Di kutub lain, koin Celo harus rela menjadi koin 'pecundang' setelah anjlok 11,87% dalam seminggu.
Sepanjang bulan September, bitcoin sudah melemah hingga 11%, lebih buruk jika dibandingkan dengan pelemahan indeks S&P 500 yang melemah 4% sepanjang bulan September.
Bulan September juga menjadi bulan ditakuti oleh investor di kripto, seperti layaknya pasar saham yang juga serupa di bulan September, jika dilihat dari historisnya. Fenomena jatuhnya pasar saham dan kripto di bulan September dikenal dengan September effect.
Ini bukan kali pertamanya cryptocurrency berjatuhan di bulan September. Tren bearish di pasar kripto pada September telah diamati selama empat tahun terakhir.
Namun, beberapa analis mengamati bahwa September effect di kripto sudah jauh berkurang selama beberapa tahun terakhir.
Sejumlah analis mengharapkan pada bulan Oktober kripto dapat pulih setidaknya seperti pada bulan Juli lalu. Secara historis, bitcoin menghasilkan return positif pada kuartal keempat dan itu dapat membatasi tekanan jual investor.
Sebelumnya, pada September tahun ini, sentimen negatif datang dari krisis likuiditas perusahaan properti terbesar kedua di China, yakni Evergrande Group, di mana dampak dari krisis tersebut membuat pasar aset berisiko seperti saham dan kripto berjatuhan pada pertengahan September.
Seperti diketahui, Evergrande terbebani utang lebih dari US$ 300 miliar atau setara Rp 4.290 triliun, dan hingga saat ini masih terus berjuang untuk mengumpulkan dana.
Permasalahan Evergrande muncul ke permukaan setelah adanya dua kali peringatan pada awal September akan kemungkinan gagal bayar (default) utangnya.
Evergrande pun telah melewatkan satu pembayaran kupon obligasi senilai US$ 83,5 juta pada pekan lalu. Kupon obligasi itu merupakan bagian dari utang luar negerinya yang akan jatuh tempo pada Maret 2022 dan bernilai US$ 2 miliar atau Rp 29 triliun.
Selain karena masalah keuangan Evergrande, pemerintah China yang kembali mempertegas sikap kerasnya terhadap industri kripto juga sempat membebani pergerakan kripto pada awal pekan terakhir di September.
Pasalnya, pengumuman itu dinilai sebagai kepastian bagi para investor kripto, setelah bank sentral China, People's Bank of China, secara tegas melarang berbagai jenis transaksi aset digital itu di Negeri Tirai Bambu.
China resmi menganggap bahwa aktivitas terkait kripto adalah ilegal, baik transaksi maupun penambangan.
Meskipun pasar saham global kembali berjatuhan, namun pasar kripto masih terpantau cerah pada awal perdagangan di bulan Oktober tahun 2021.
Hal ini karena adanya sentimen positif dari komentar ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell yang mengatakan bahwa larangan secara menyeluruh di beberapa kripto termasuk bitcoin sulit direalisasikan.
Pengumuman yang disampaikan langsung oleh Gubernur The Fed, Jerome Powell, pada Kamis (30/9/2021) itu langsung mendongkrak harga aset kripto.
Menurut Powell, mata uang digital bank sentral (central bank digital currency/CBDC) berbasis dolar AS mungkin dapat berfungsi sebagai cryptocurrency dan mungkin menggantikan kebutuhan akan stablecoin, tanpa risiko peraturan yang diperlukan setelah dibuka ke pasar umum.