PARBOABOA, Jakarta – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan adanya penambahan kasus gangguan ginjal akut pada anak di Indonesia. Terdapat 152 kasus berdasarkan data yang dihimpun mulai dari tanggal 26 September – 14 Oktober 2022.
Ketua Pengurus IDAI Pripim Basarah Yanuarso mengatakan bahwa sejak pertengahan September, IDAI telah berkoordinasi dengan ketua IDAI cabang, terkait adanya peningkatan kasus gangguan ginjal akut pada anak.
“Ada 16 cabng yang melaporkan, tapi belum semua (cabang IDAI) bisa melaporkannya. Di sini bahkan sampai 14 Oktober ada 152 kasus, padahal tadinya (12 Oktober 2022) ada 146 kasus,” kata Ketua Pengurus IDAI Pripim Basarah Yanuarso dalam Media Briefing Kewaspadaan Dini Gangguan Ginjal Akut Pada Anak, dilansir dari Antara, Jumat (14/10/2022).
Dari data yang dilaporkan oleh para ketua cabang IDAI, terhitung sejak tanggal 26 September – 14 Oktober 2022, terdapat lima provinsi dengan kasus gangguan ginjal akut misterius terbanyak.
Angka tertinggi terdapat di DKI Jakarta dengan 49 kasus, selanjutnya disusul Jawa Barat 24 kasus, Sumatera Barat 21 kasus, lalu Aceh 18 kasus, dan DI Yogyakarta 11 kasus. Dia mengatakan pada tren ini usia pasien gagal ginjal akut, didominasi dengan anak berusia 1-5 tahun.
Pripim juga menjelaskan, data tersebut tidak dapat dijadikan representasi atas keseluruhan kasus yang terjadi. Hal ini dikarenakan ada rumah sakit yang tidak membuka data pasien karena dinilai konfidensial.
“Data kami itu sumbernya dari laporan pasien yang dilaporkan oleh anggota IDAI. Jadi memang yang namanya laporan itu mungkin tidak representatif untuk menangkap semua. Tergantung pada teman-teman ini melaporkan atau tidak, karena terus terang ada beberapa rumah sakit yang alasannya konfidensial,” jelasnya.
Dengan hasil dari data laporan tersebut, Kementerian Kesehatan RI melaporkan kasus gangguan ginjal akut misterius ini kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Karena hinggai saat ini belum diketahui apa penyebab gangguan ginjal akut tersebut.
Namun, ada beberapa dugaan yang muncul terkait penyebabnya yakni kemungkinan keracunan obat, hingga infeksi Multisystem Inflammatory Syndrome (MIS-C) atau peradangan multisistem pada anak.
Plt Direktur Pelayanan Kesehatan Primer dr Yanti Herman mengatakan pemerintah telah melakukan komunikasi dengan WHO terkait investigasi yang dilakukan.
‘Koordinasi dengan WHO untuk melihat bersama-sama kasus acute kidney injury (AKI) di Indonesia, kami sedang melaporkan ke WHO terkait dengan hal ini,” ujar dr Yanti dalam konferensi pers, dikutip dari detik.com pada Jumat (14/10/2022).