PARBOABOA, Jakarta - Korban pembunuhan berencana, Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat baru-baru ini dituding mengidap kepribadian ganda. Tudingan tersebut dilontarkan lantaran Brigadir J dinilai memiliki sikap yang berbeda ketika bersama keluarga dan saat bersama rekan kerja atau temannya.
Lalu, apa itu kepribadian ganda?
Melansir dari Cleveland Clinic, gangguan kepribadian ganda atau yang disebut Dissociative Identity Disorder (DID) adalah kondisi kesehatan mental yang membuat penderitanya memiliki dua atau lebih identitas yang berbeda.
Kepribadian ini mengontrol perilaku pengidap pada waktu yang berbeda. Setiap identitas memiliki sejarah pribadi, sifat-sifat, kesukaan dan ketidaksukaan yang berbeda-beda.
Gangguan kepribadian ganda dianggap sebagai kondisi psikologis yang kompleks yang kemungkinan disebabkan oleh banyak faktor, termasuk trauma parah selama masa kanak-kanak. Misalnya, kekerasan fisik, kekerasan seksual, atau emosional ekstrem yang berulang.
Gejala kepribadian ganda
Dilansir dari halodoc, pengidap kepribadian ganda setidaknya memiliki dua macam kepribadian. Saat kepribadian yang satu sedang dilakoni, pengidap tidak ingat bahwa dirinya memiliki kepribadian yang lain, begitu pula sebaliknya. Kepribadian yang berbeda tersebut dapat disertai dengan identitas yang berbeda pula.
Misalnya, jenis kelamin yang berbeda atau nama yang berbeda. Perubahan kepribadian ini umumnya dipicu oleh kejadian yang mengingatkan pengidapnya pada peristiwa traumatis yang pernah dialami.
Berikut beberapa gejala utama kepribadian ganda:
• Depersonalisasi
Perasaan terlepas dari tubuh dan pikirannya sendiri atau yang sering disebut sebagai pengalaman ‘keluar tubuh’.
• Derealisasi
Perasaan bahwa dunia ini tidak nyata atau lingkungan sekitar tampak berkabut.
• Amnesia
Kegagalan untuk mengingat informasi pribadi yang signifikan. Ada juga mikro-amnesia, yaitu ketika pengidap tidak mengingat percakapan yang pernah terjadi.
• Kebingungan identitas atau perubahan identitas
Pengidap merasa bingung tentang siapa dirinya seperti apa hobinya, cita-cita, agamanya, dan lain-lain. Selain itu, pengidap juga bisa mengalami distorsi dalam waktu, tempat, dan situasi.
Sedangkan, menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi kelima (DSM-5), kriteria seseorang bisa didiagnosis mengalami gangguan kepribadian ganda apabila:
• Terdapat dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda-beda.
• Gejala amnesia harus ada, yaitu kesenjangan dalam mengingat peristiwa sehari-hari, informasi pribadi yang penting, dan atau peristiwa traumatis.
• Gejala-gejala tersebut menyebabkan penderitaan yang signifikan pada pengidap, yang menyebabkan pengidap mengalami kesulitan berfungsi dalam satu atau lebih bidang utama kehidupan karena gangguan tersebut.
• Gangguan tersebut bukan termasuk dalam praktik budaya atau agama yang normal.
• Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya perilaku kacau karena alkohol) atau kondisi umum (seperti kejang parsial kompleks).