PARBOABOA, Jakarta – Peningkatan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) turut terjadi di Serang, Banten sejak Juni hingga Agustus 2023.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang, pada bulan Juni, terdapat 1.161 kasus, bulan Juli 1.454 kasus, dan di bulan Agustus ada 2.226 kasus.
Namun, berbeda dengan kasus di Jakarta, peningkatan ISPA diklaim bukan akibat dari dampak polusi udara, melainkan karena cuaca panas efek El Nino.
Sebab, kualitas udara di Kota Serang masih dalam level yang aman apabila didasarkan pada catatan milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Kadinkes Kota Serang, Ahmad Hasanudin, mengatakan cuaca panas itu kemungkinan membuat warga mengalami penurunan stamina hingga mudah terjangkit penyakit.
Karena hal ini, Hasanudin mengimbau warga Serang, Banten untuk selalu menggunakan masker jika akan melakukan aktivitas outdoor.
Kemudian, warga turut diimbau untuk selalu menjaga stamina dengan memperbanyak minum air putih dan melakukan pola hidup sehat.
Peningkatan Kasus Diare
Selain ISPA, Dinkes Kota Serang juga mencatat bahwa terdapat peningkatan penyakit diare pada musim kemarau ini.
Peningkatan kasus diare terjadi di bulan Agustus dengan 379 kejadian. Padahal, di bulan-bulan sebelumnya penyakit tersebut mengalami penurunan.
Seperti, di bulan Mei ada 353 kasus, bulan Juni dengan 235 kasus dan pada bulan Juli hanya 168 kasus.
Menurut Dokter Umum dan konselor laktasi, Dyah Novita Anggraini, risiko mengalami diare pada musim kemarau dapat berlipat ganda.
Peningkatan kasus diare ini berhubungan dengan tingkat higienitas masyarakat yang rendah.
Dia menjelaskan, debu akibat cuaca kering membuat bakteri maupun kuman beterbangan dan hinggap di makanan/minuman yang akan dikonsumsi.
Parahnya, cuaca panas tersebut dapat mempercepat penularan kuman penyakit dari satu pasien ke pasien lainnya.
Karena itu, guna meminimalisir terkena diare saat musim kemarau, hendaknya masyarakat selalu mencuci tangan setelah beraktivitas.
Kemudian, tidak mengkonsumsi makanan yang kurang sehat dan belum terjamin kebersihannya.
El Nino
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menjelaskan jika Indonesia dipengaruhi oleh 2 samudra dan topografinya yang bergunung-gunung di khatulistiwa.
Akibatnya, dampak fenomena El Nino di Tanah Air bukan hanya kekeringan, tapi juga bencana hidrometeorologi basah, berupa banjir.
BMKG pun memprediksi jika puncak El Nino akan terjadi pada bulan Oktober-November 2023 mendatang.
Dalam upaya menghadapi ancaman efek El Nino, Dwikorita meminta masyarakat untuk selalu menjaga lingkungan serta mengatur tata kelola air.
Selain itu, masyarakat turut diimbau agar beradaptasi dengan pola tanam dan memantau perkembangan informasi cuaca dari BMKG.