Demo Anti Pemerintah Pecah di Peru Berujung Rusuh, 17 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia

Aksi unjuk rasa untuk menuntut Presiden Peru Pedro Castillo mundur dari jabatannya berujung ricuh dan menyebabkan 17 orang meninggal dunia pada Senin (09/01/2023). (Foto: Reuters/Sebastian Casraneda)

PARBOABOA, Jakarta - Bentrokan antara petugas pengamanan dan ribuan orang demonstran anti-pemerintah pecah dekat Bandara di Kota Juliaca, Peru pada Senin (09/01/2022) waktu setempat. Setidaknya 17 orang dilaporkan meninggal atas bentrokan ini dan puluhan lainnya luka-luka.

Jumlah korban meninggal dalam kericuhan ini bertambah, setelah sejumlah korban luka meregang nyawa. Padahal sebelumnya dilaporkan hanya ada 12 korban yang meninggal dunia.

"Jumlah korban meningkat ketika orang-orang yang terdaftar sebagai korban luka kemudian meninggal karena luka-luka mereka," kata seorang sumber di kantor Ombudsman Peru, dikutip dari AFP, Selasa (10/01/2022).

Peru saat ini dilanda krisis politik setelah Presiden Pedro Castillo dilengserkan dari jabatannya pada akhir tahun lalu, karena berupaya membubarkan parlemen dan memerintah berdasarkan dekrit.

Tak hanya lengser dari jabatannya, Castillo juga ditahan karena dituduh melakukan pemberontakan dan konspirasi.

Dina Boluarte yang saat itu menjabat sebagai wakil Pedro Castillo kemudian naik jabatan dan dilantik menjadi presiden pada 7 Desember. Boluarte menjadi presiden perempuan pertama yang memerintah di negara tersebut.

Namun, massa pendukung Castillo tidak terima dengan penangkapan tersebut kemudian menggelar aksi demo besar-besaran. Mereka terus menuntut agar Castillo dibebaskan dan pemilu dapat digelar lebih cepat.

Tahun politik di salah satu negara Amerika Selatan tersebut seharusnya jatuh pada tahun 2026, guna meredam aksi demonstrasi yang terus pecah, Boluarte sempat mengajukan percepatan pemilu menjadi 2024. Namun desakan para pengunjuk rasa masih terus mengalir.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS