PARBOABOA, Jakarta – Elektabilitas Prabowo-Gibran terus menempati posisi pertama dibandingkan dua pasangan calon (paslon) lainnya, Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Tren elektabilitas Paslon nomor urut dua ini belum pernah melandai jelang pemilihan umum (Pemilu) 2024 mendatang.
Padahal, Prabowo-Gibran jarang terlihat berkampanye secara langsung dibandingkan pasangan lainnya.
Dilihat dalam hasil survei Populi Center terbaru yang diumumkan hari ini, Senin (11/12/2023), Prabowo-Gibran masih unggul secara elektabilitas di angka 46,7 persen, meningkat dari 43,1 persen pada survei November sebelumnya.
Peningkatan ini dipengaruhi oleh dukungan yang meningkat di kalangan pemilih Sumatra, kaum milenial, dan juga pemilih yang sebelumnya mendukung Jokowi.
Sementara elektabilitas Ganjar Pranowo-Mahfud MD mengalami penurunan dari 23 persen di November menjadi 21,7 persen di Desember 2023
Dukungan terhadap pasangan ini menurun di beberapa wilayah, seperti Sumatra dan Jawa Barat. Terdapat pula tren penurunan dukungan dari pemilih Muslim, sementara dukungan dari pemilih Kristen dan Protestan mengalami peningkatan.
Hal yang sama juga dialami paslon urut satu, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Elektabilitas pasangan ini menurun dari yang mulanya 22,3 persen menjadi 21,7 persen.
Penurunan dukungan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Nasdem, serta penurunan pemilih di Sumatra dan wilayah Indonesia Timur, diidentifikasi sebagai penyebabnya.
Alasan Prabowo-Gibran Unggul Meski Jarang Berkampanye
Menurut Reasearch Fellow Populi Center, Abi Abidin, kenaikan elektabilitas Prabowo-Gibran disebabkan oleh gabungan dukungan dari pendukung Jokowi pada pemilu tahun 2019 dan pendukung Prabowo dalam dua tahun terakhir.
"Namun, dalam satu atau dua tahun terakhir, kita juga melihat bahwa mereka telah mulai meraih dukungan dari pemilih Jokowi di 2019. Jadi, ada tambahan dari pemilih Jokowi sekitar satu atau dua tahun belakangan yang sekarang mendukung Pak Prabowo," ungkapnya.
Senada dengan itu, Peneliti Senior Populi Center, Usep S Ahyar, mengungkap naiknya Prabowo-Gibran lantaran ada efek Jokowi yang berpengaruh ke pemilih mereka.
"Faktor Jokowi ini menjadi penentu, dapat dikatakan bahwa Prabowo dan Jokowi bersatu melalui Gibran. Akhirnya, suara yang tidak mendukung keduanya merupakan suara dari mereka yang tidak puas terhadap Prabowo dan Gibran," ungkapnya.
Selain itu, ia mengungkap alasan dibalik naiknya pasangan Prabowo-Gibran lantaran tidak berpengaruhnya kampanye yang telah berlangsung selama beberapa hari ini.
"Jarang debat, jarang kampanye, namun semakin banyak dipilih. Padahal, secara teori, tidak seharusnya demikian. Jika saya harus menebak, instrumen kampanye mungkin tidak terlalu efektif bagi setiap pasangan, atau mungkin kampanye ini tidak memberikan dampak signifikan, karena pemilih sebenarnya telah menentukan pilihan mereka," ujarnya.
Selain itu, hal lain yang menjadi faktor mengapa kampanye ini terasa stagnan dan tidak memberikan dampak pergerakan yang signifikan ialah karena pada pilpres kali ini semua pasangan ini sudah cukup dikenal.
“Tidak ada kejutan dari ketiga pasangan ini. Mereka semua merupakan figur publik, pernah berkontestasi dalam pemilihan presiden, bahkan Prabowo sudah tiga kali,” imbuhnya.
Di sisi lain, ada ketidaksolidan pendukung NU yang membuat suara NU terpecah dari pasangan Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin, yang pada akhirnya juga mempengaruhi suara Prabowo-Gibran.
Abi mengugkap, Ganjar-Mahfud perlu mempertahankan suara di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tempat suara yang berpengaruh bagi mereka.
"Untuk masa depan, pergerakan yang paling signifikan adalah dapat mempertahankan suara di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Paling tidak, harus mampu mempertahankan suara di kedua provinsi tersebut, seperti posisi Jokowi, jika tidak, situasinya akan sulit di hari-hari mendatang," pungkas Abi.