Fakta dan Kronologi Penembakan di Texas yang Menewaskan 21 Orang

Lilin dan karangan bunga diletakkan di depan Sekolah Dasar Robb, Kota Uvalde, Texas, Amerika Serikat, usai penembakan yang menewaskan 21 orang pada Selasa waktu setempat. AP

PARBOABOA, Pematangsiantar - Jumlah korban tewas dari penembakan di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, Amerika Serikat, pada Selasa waktu setempat bertambah menjadi 21 orang. 

Dilansir dari Associated Press, Kamis (26/5/2022), sejumlah fakta dan kronologi terkait penembakan itu mulai terungkap. Saat kejadian, sekolah itu dipadati oleh hampir 600 siswa kelas dua, tiga, dan empat. 

Pelaku bernama Salvador Ramos. Ia merupakan warga sebuah kota kecil yang berjarak 135 kilometer di sebelah barat Kota San Antonio. Ia tidak memiliki catatan kriminal atau penyakit jiwa. 

Remaja 18 tahun itu bekerja paruh waktu di restoran cepat saji Wendy's sejak Februari lalu. Menurut manajer restoran itu, Ramos merupakan seorang yang tertutup dan antisosial. 

Di hari ulang tahunnya yang ke-18 pekan lalu, Ramos membeli dua senapan serbu tipe AR-15  secara legal. Ramos bahkan sempat memamerkan senjatanya itu di Instagram. 

Sebelum melakukan aksinya di SD Robb, Ramos terlebih dahulu menembak neneknya di bagian wajah sekitar pukul 11.32 siang waktu setempat. 

Wanita malang itu sempat berteriak minta tolong kepada tetangganya yang kemudian menelepon polisi, sementara Ramos telah melarikan diri. Sang nenek kini dalam kondisi kritis di rumah sakit. 

Drama pembantaian

Setelah menembak neneknya, Ramos langsung menuju SD Robb yang terletak di Uvalde, kota mayoritas Hispanik dengan 16.000 penduduk yang hanya berjarak 120 kilometer dari perbatasan Meksiko. 

Sesampainya di sekolah tersebut, Ramos langsung menyerbu masuk ke sebuah kelas dan mulai melepaskan tembakan mematikan. 

"Ia membarikade dirinya dengan mengunci pintu dan mulai menembaki anak-anak dan guru yang sedang berada di kelas tersebut," kata Letnan Christopher Olivarez  dari Departemen Keamanan Publik kepada CNN. 

"Itu menunjukkan betapa jahatnya sang pelaku penembakan," tambahnya. Semua korban tewas berada di kelas tersebut, menurut Olivarez. 

Mendengar suara tembakan, orang tua siswa yang ada di sekitar sekolah mulai panik dan berusaha mencari anak mereka. 

"Masuk ke sana, masuk ke sana!" teriak seorang perempuan kepada beberapa polisi di sekitar tak lama setelah terdengar suara tembakan, kata Juan Carranza, saksi mata yang menyaksikan peristiwa itu melalui jendela rumahnya di seberang sekolah. Akan tetapi para polisi itu tidak berani masuk. 

Javier Cazares, yang putrinya --Jacklyn Cazares-- menjadi salah satu korban tewas dalam serangan itu, melihat polisi tak berbuat apapun. Merasa kesal, ia mengajak beberapa orang di sekitar untuk menyerbu masuk ke sekolah tersebut. 

"Ayo kita masuk, karena polisi tidak melakukan tugas mereka yang seharusnya," kata Cazares, seperti dilansir AP. "Mereka (polisi) tak siap," tambahnya. 

Tak berselang lama, Carranza melihat pelaku menjerumuskan mobilnya ke selokan di luar sekolah dan kemudian mengambil senapan AR-15 nya dan lantas menembak dua orang di dekat sebuah rumah pemakaman. Beruntung kedua orang itu selamat. 

Salvador Ramos lantas baku tembak dengan seorang petugas keamanan sekolah. Ia kemudian berlari ke dalam bangunan dan menembaki dua polisi yang baru saja tiba. 

Drama penembakan itu berlangsung sekitar 40 menit dan berakhir ketika polisi penjaga perbatasan menembak mati Ramos. 

Peristiwa itu menewaskan 19 anak-anak dan dua guru, sementara 17 orang lainnya mengalami luka-luka. Hingga berita ini diturunkan, polisi masih belum menemukan motif penembakan tersebut. 

Sebelum melancarkan aksinya, Ramos sempat mengisyaratkan di media sosial bahwa akan adanya serangan. 

Penembakan massal di SD Robb ini tercatat sebagai penembakan paling mematikan di sekolah dasar AS sejak penembakan brutal di SD Sandy Hook, Connecticut, pada Desember 2012 lalu yang menewaskan 26 orang. 
 

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS