Ganjar Pranowo Sarankan Keraton Surakarta Lakukan Mediasi Akhiri Konflik
PARBOABOA, Jakarta – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo menyarankan keluarga Keraton Surakarta melakukan mediasi untuk mengakhiri konflik internal yang berlarut-larut.
Saran tersebut merupakan respon Ganjar soal konflik internal Keraton Surakarta. Menurutnya, musyawarah para pihak terkait merupakan jalan terbaik untuk menyelesaikan konflik yang tengah terjadi.
“Saya berharap di antara keluarga mereka bisa rembugan, wong ya mereka keluarga sendiri,” kata Ganjar dalam keterangannya, di Semarang, Jawa Tengah, Senin (26/12/2022).
Sementara itu, untuk masalah kericuhan yang mengakibatkan empat orang luka-luka, Ganjar menyerahkan penanganan sepenuhnya kepada pihak kepolisian.
Sikap Kepolisian
Kapolresta Surakarta Kombes Iwan Saktiadi mengatakan, terkait dengan persoalan ini, pihaknya tengah melakukan penyelidikan dan akan menindaklanjuti jika ditemukan bukti yang mengarah pada tindak pidana.
Kendati demikian, Iwan dan Pemkot Surakarta berharap untuk kedua pihak yang berseteru itu dapat menyelesaikan konfliknya dengan menempuh langkah damai.
"Itu kan keluarga semua, toh. Saya ngobrol sama Mas Wali (Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka), sama Gusti Purbo (putra mahkota Keraton Surakarta), mendorong rekonsiliasi, sehingga permasalahan diselesaikan baik-baik," kata Iwan dalam keteranganya, Minggu (25/12/2022).
Lebih lanjut, kata Iwan, belum ada laporan masuk terkait dengan kericuhan tersebut. Namun, jika ada laporan meskipun itu pihak keraton, pihaknya akan memproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
"Karena kami menyadari itu area keraton, karena semua keluarga. (Jika ada laporan masuk) tidak ada masalah, seluruh warga negara sama kedudukannya di mata hukum. Kalau ada laporan kami proses," pungkasnya.
Dikabarkan sebelumnya, terjadi kericuhan di Keraton Surakarta, Jawa Tengah, untuk kesekian kalinya pada Jumat (23/12/2022) petang yang dipicu oleh konflik internal keluarga. Akibat dari insiden ini, dilaporkan empat orang mengalami luka-luka.
Adapun bentrok ini terjadi antara pihak Paku Buwono XIII (Hangabehi) dengan kubu Lembaga Dewan Adat (LDA) pimpinan GKR Koes Moertiyah atau Gusti Moeng.