PARBOABOA, Jakarta - Penemuan obat-obatan berbahaya di India menjadi perhatian publik, setelah badan pengatur dan pengawas obat negara tersebut menemukan kandungan berbahaya dalam sirop anti alergi dan batuk yang diproduksi oleh perusahaan Norris Medicines.
Hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh Organisasi Pengendali Standar Obat-obatan Pusat (CDSCO) mengungkapkan bahwa sirop batuk Trimax Expectorant mengandung 0,118 persen ethylene glycol (EG).
Sementara obat alergi Sylpro Plus Syrup mengandung 0,171 persen EG dan 0,243 persen diethylene glycol (DEG).
Hasil ini termasuk dalam kategori obat yang tidak memenuhi standar, palsu, terkontaminasi, atau memiliki label yang salah dalam laporan bulan Agustus.
HG Koshia, Komisaris Administrasi Pengawas Makanan dan Obat negara bagian Gujarat, telah melakukan inspeksi di pabrik Norris Medicines dan memerintahkan penghentian produksi serta penarikan kembali obat-obatan tersebut.
Akan tetapi, Vimal Shah, Direktur Pelaksana Perusahaan Norris, menolak memberikan komentar terkait kasus ini.
Tindakan pemeriksaan ini merupakan upaya India untuk meningkatkan pengawasan terhadap industri obat-obatan di negaranya, yang memiliki nilai sekitar 42 miliar dolar AS dan didominasi oleh usaha kecil.
Kasus Penemuan Obat Berbahaya Buatan India Bukan Kali Pertama
Pada 2022 lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan keselamatan terkait produk obat buatan India yang menyebabkan kematian puluhan anak di Gambia karena obat buatan Maiden Pharmaceuticals.
Perusahaan ini pernah dituduh memproduksi obat berkualitas rendah di tujuh negara bagian India, termasuk Bihar, Kerala, Gujarat, Jammu dan Kashmir.
Sebelumnya pada 2015, otoritas Gujarat mengumumkan bahwa Macipro, obat yang mengandung antibiotik ciprofloxacin, gagal dalam tes disolusi.
Hasil survei yang dilakukan oleh CDSCO muali 2014 hingga 2016, ada sekitar 5 persen dari obat-obatan India, termasuk beberapa yang diproduksi oleh perusahaan farmasi besar, tidak memenuhi standar kualitas.