PARBOABOA, Medan - Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2024 (Nataru), Sumatra Utara (Sumut) menghadapi tantangan serius akibat meningkatnya tingkat inflasi yang sulit dikendalikan.
Ditambah lagi, harga-harga kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, dan cabai melonjak tajam, memberikan tekanan ekonomi kepada masyarakat setempat.
Inflasi tahunan Sumut diketahui telah mencapai 3,20% pada November 2023, terutama terjadi di kota-kota Medan, Padangsidimpuan, Sibolga, Gunungsitoli, dan Pematang Siantar.
Cabai merah keriting menjadi penyebab utama, menyumbang inflasi bulanan sebesar 0,31%, diikuti oleh cabai rawit 0,10%, bawang merah 0,50%, gula pasir dan emas perhiasan 0,04%, angkutan udara 0,03%, dan beras 0,02%.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa harga cabai merah keriting naik menjadi Rp49 ribu per kilogram (kg) pada November 2023, dari Rp40 ribu per kg pada Oktober 2023, dan rata-rata nasional mencapai Rp65 ribu per kg.
Kenaikan ini tidak hanya terjadi di Sumut, tetapi juga nasional dengan rata-rata Rp65 ribu per kg.
Tak hanya cabai, pada Agustus, September, dan Oktober kemarin, inflasi Sumut meningkat pada sektor beras.
Pada September, harga beras meningkat hingga 4,27 persen dibandingkan pada Agustus.
Catatan BPS juga menyebutkan bahwa inflasi bulanan akan terus meningkat hingga menjelang akhir tahun seiring melonjaknya harga pangan.
Menanggapi kondisi ini, Penjabat (Pj) Gubernur Sumut, Hassanudin, mengaku akan mengendalikan inflasi hingga akhir 2023 agar tetap berada dalam sasaran inflasi nasional 3 plus minus 1 persen.
Langkah-langkah yang diambil mencakup menjaga stabilitas produksi, memangkas rantai distribusi, dan hilirisasi turunan hortikultura.
Terdapat tiga hal utama dalam mengendalikan inflasi di Sumut, yakni menjaga stabilitas produksi di tengah cuaca ekstrem, memangkas rantai distribusi, dan hilirisasi turunan hortikultura.
Pemprov Sumut, bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Satuan Petugas (Satgas) Pangan, dan Bulog, pun akan menstabilkan harga pangan melalui operasi pasar dan sidak pasar.
Selain itu, kerja sama erat dengan Bank Indonesia (BI), Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), dan pihak terkait lainnya menjadi kunci untuk memahami kenaikan inflasi secara komprehensif dan mengambil kebijakan yang tepat, terutama menjelang Nataru.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan Pemprov Sumut dapat berhasil mengendalikan inflasi dan memberikan stabilitas ekonomi bagi masyarakat selama perayaan Nataru.
"Kita perlu bekerja lebih keras untuk memberikan kenyamanan terhadap masyarakat," ungkapnya.
Editor: Wenti Ayu