Kampung Susun Bayam JIS Terbengkalai, Warga Telantar Tunggu Kepastian

Penampakan bangunan Kampung Susun Bayam yang bersanding dengan JIS. (Foto: PARBOABOA/Muazam)

PARBOABOA, Jakarta – Kampung Susun Bayam (KSB) berdiri megah di komplek Jakarta International Stadium (JIS), Tanjung Priok, Jakarta Utara. Letaknya persis di samping lapangan latihan JIS.

Rumah susun itu dibangun di atas lahan seluas 17.354 meter persegi, bekas Kampung Bayam yang tergusur karena pembangunan JIS.

Rusun tersebut terdiri dari tiga menara (tower) dengan empat lantai. Totalnya 138 unit.

Masing-masing unit memiliki luas 36 meter persegi dengan luas ruangan meliputi dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, ruang keluarga, balkon dan ruang cuci pakaian.

Di lantai bawah Rusun itu terdapat fasilitas publik seperti musala, WC umum, ruang serbaguna, koperasi, gudang, dan taman bermain anak.

Rusun yang dibangun era Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini diperuntukkan bagi 135 kepala keluarga (KK) warga eks Kampung Bayam.

Namun, sejak diresmikan Anies pada 12 Oktober 2022, rusun itu tak kunjung ditempati warga eks Kampung Bayam.

Lama tak ada penghuni, Kampung Susun Bayam nampak terbengkalai. Debu Kota Jakarta menempel di lantai, tangga, hingga tembok-tembok.

Pintu-pintu unit masih terbungkus plastik, musala masih tertutup rapat. Bau cat dan debu menyengat menusuk hidung, toilet umum yang terletak di lantai dasar tak terurus.

Neneng (43), salah seorang warga calon penghuni rusun mengaku belum menerima kunci unit hingga saat ini. Ia juga tidak tahu mengapa pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menelantarkannya.

“Kuncinya belum dikasih. Enggak tahu ya kenapa. Kita sudah mengikuti prosedur dari pemerintah untuk dapat kunci. Ini sengaja kayaknya, Pak Anies lengser habis resmikan ini, kita ditinggal gitu aja,” ujarnya kepada Parboaboa, Sabtu pekan lalu.

Padahal, menurutnya, warga yang tergabung dalam Kelompok Tani Kampung Bayam itu telah mematuhi seluruh birokrasi yang diminta Pemprov DKI. Mereka telah melalui tahap verifikasi Wali Kota Jakarta Utara, dan ditetapkan berhak menempati KSB.

Bahkan, mereka telah mengantongi Surat Keputusan (SK) berkop PT Jakarta Propertindo (Jakpro), pengelola KSB yang tertera nomor unit masing-masing warga.

Kini, Neneng bersama 49 kepala keluarga lain tinggal di hunian sementara (Huntara) di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara.

Sebagian warga lain memilih mengontrak di luar dan 5 kepala keluarga sisanya tinggal di pinggir jalan dengan tenda.

Nasib mereka terlantung-lantung, tak tahu kapan bisa menempati KSB yang dulu dijanjikan Pemprov DKI era Anies tersebut.

Setiap kali Neneng dan warga lain menanyakan kepastian menempati KSB, Pemprov DKI Jakarta dan Jakpro terkesan saling melempar tanggung jawab.

“Enggak ada penjelasan dari Jakpro kenapa belum dikasih kuncinya. Justru mereka lempar-lemparan. Jakpro bilang sudah diserahkan ke Pemda, kita ke wali kota, Pak Wali bilang enggak punya kuasa, semua wewenang ada di Pj (penjabat) Gubernur DKI. Terus, dilempar lagi,” ujar Neneng.

Terkait harga sewa, kata Neneng, belum ada kesepakatan antar warga dan Jakpro.

Warga meminta harga harga sewa sesuai kategori retribusi sewa terprogram dengan biaya Rp272.000 hingga Rp372.000 per bulan, sesuai dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 55 Tahun 2018 tentang Penyesuaian Tarif Retribusi Pelayanan Perumahan. Bukan kategori retribusi umum dengan biaya Rp535.000 sampai Rp765.000.

“Kita ini kan warga binaan Pemprov. Jadi, ikutin harga sewa terprogram dong,” ujar Neneng.

Warga Kampung Bayam Bergiliran Duduki KSB

Warga tengah bercengkrama menjaga pelataran Kampung Susun Bayam. (Foto: PARBOABOA/Muazam)

Hingga saat ini, warga Kampung Bayam masih bergantian menduduki pelataran Kampung Susun Bayam. Aksi itu dilakukan warga sebagai bentuk protes kepada Pemprov Jakarta era Pj Gubernur Heru Budi Hartono dan Jakpro yang tak kunjung memberikan kunci untuk mereka tempati.

Warga Kampung Bayam rutin menempati pelataran KSB sejak bulan Maret lalu. Salah satunya Joko, yang tertidur lelap di atas alas ala kadarnya di pelataran Kampung Susun Bayam, saat ditemui PARBOABOA, Sabtu siang (19/8/2023).

Di samping Joko, terbaring lelap seorang lanjut usia (lansia) dengan kepala ditopang bantal serta badan beralaskan kasur lipat. Anak-anak nampak berkeliaran di sekitar pelataran KSB.

Kehadiran PARBOABOA siang itu membuat Joko terbangun dari mimpinya. Ketika ditanya, Joko lantas menceritakan awal mula ia dan warga Kampung Bayam bergiliran menduduki pelataran rumah susun tersebut.

"Kami kuasai fisik di sini. Setiap hari gantian menempati pelataran KSB ini. Setiap malam kita bergantian jaga di sini," katanya menjawab PARBOABOA.

Mulanya, kata Joko, pada Senin (13/3/2023) warga Kampung Bayam menerobos masuk JIS. Mereka masuk untuk menempati secara fisik KSB yang saat itu dilarang dimasuki oleh siapapun. Warga pun harus berhadapan dengan petugas keamanan yang menjaga JIS, hingga akhirnya berhasil masuk ke pelataran KSB.

Setelah berhasil masuk ke pelataran KSB, warga juga kerap mendapatkan intimidasi dari sekuriti JIS hingga aparat kepolisian setiap harinya.

“Kalau malam nih mereka menyoroti kita pakai senter. Kita lagi pada tidur nih di sini udah kayak ikan kuwe. Masa polisi gitu amat, kita dianggap kayak apa ya. Mereka juga suka nanya, siapa yang nyuruh tidur di sini,” cerita Joko.

Lambat laun intimidasi seperti itu tak lagi dirasakan warga. Sekuriti JIS bersikap biasa saja ketika melihat warga berlalu-lalang ke KSB. Joko beranggapan sekuriti sudah bosan melarang warga tinggal di situ.

Namun, meski tak mendapat intimidasi langsung, warga merasakan perilaku pengusiran secara halus. Mereka tak bisa mengakses listrik, air dan toilet selama menempati pelataran KSB.

Padahal, kata Joko, Listrik dan air awalnya menyala, tapi pihak Jakpro matikannya selang tiga hari warga menduduki pelataran KSB tersebut.

“Listrik mati semua. Gelap ini kalau malam. Keran mah banyak, tapi dimatiin. Seakan-akan mereka enggak senang dengan keberadaan kita di sini. Ada sisi kemanusiaan enggak tuh Pemda sama Jakpro?” ucap Joko.

Jika ingin buang air, mandi, hingga wudu untuk salat, mereka harus mengambil air dari masjid di area JIS yang berjarak sekitar 600 meter. Mereka menampung air dengan ember dan dibawa menggunakan gerobak.

Joko menegaskan, warga Kampung Bayam akan tetap bertahan di pelataran KSB hingga Jakpro memberikan kunci unit mereka.

“Warga tetap di sini. Sampai dapat kunci, ya meskipun sebentar lagi ada Piala Dunia U-17 yang digelar di JIS,” tegasnya.

Parboaboa berusaha menghubungi Jakpro untuk meminta penjelasan dan kepastian kapan warga eks Kampung Bayam bisa menempati KSB. Namun, hingga berita ini diterbitkan tidak ada jawaban dari yang bersangkutan.

Editor: Kurniati
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS